SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab

Jum'at, 14 November 2025 | 13:37 WIB
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
Ilustrasi. SoftBank adalah pemegang saham terbesar Grab sementara di GoTo perusahaan ini memiliki kepentingan signifikan dan merupakan salah satu investor awal GoJek. (laman resmi SoftBank)
Baca 10 detik
  • SoftBank disebut menjadi salah satu sutradara utama merger antara GoTo dan Grab.
  • SoftBank adalah pemegang saham terbesar Grab sementara di GoTo perusahaan ini memiliki kepentingan signifikan dan merupakan salah satu investor awal GoJek.
  • Posisi unik ini membuat SoftBank berada dalam dilema klasik yakni investor yang mendanai dua musuh bebuyutan.

Suara.com - Industri teknologi Asia Tenggara kembali diguncang oleh rumor yang tak pernah padam yakni wacana merger antara raksasa ride-hailing Grab dengan konglomerat teknologi Indonesia, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Namun, di balik hiruk pikuk negosiasi, satu nama besar menjadi sutradara utama yang terus mendorong penyatuan dua rival abadi ini yakni SoftBank Group Corp.

Pertanyaannya, mengapa fund manager asal Jepang yang dipimpin Masayoshi Son ini begitu ngotot melihat kedua decacorn ini bersatu?

SoftBank bukanlah investor biasa, mereka adalah arsitek sejati dari peta persaingan teknologi di Asia Tenggara. Melalui dana investasi raksasa mereka, Vision Fund, SoftBank menanamkan modal jumbo di kedua belah pihak yang bersaing.

Berdasarkan data SoftBank adalah pemegang saham terbesar Grab sementara di GoTo perusahaan ini memiliki kepentingan signifikan dan merupakan salah satu investor awal GoJek.

Posisi unik ini membuat SoftBank berada dalam dilema klasik yakni investor yang mendanai dua musuh bebuyutan.

Namun keinginan SoftBank untuk bersatu tampaknya buntu usai Direktur Utama GOTO Patrick Walujo disebut-sebut enggan untuk melakukan penyatuan entitas. Patrick adalah salah satu investor GOTO lewat bendera Northstar.

"SoftBank Group Corp, Provident Capital Partners, dan Peak XV yang termasuk di antara kelompok investor besar Grup GOTO tengah berupaya mengganti CEO Patrick Walujo,” ungkap sumber yang mengetahui kabar tersebut, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (13/11/2025).

Softbank sendiri bahkan dilaporkan telah menandatangani memo resmi kepada Dewan Direksi GOTO untuk segera menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang direncanakan pada 25 November 2025.

Baca Juga: IHSG Berbalik Menghijau di Jumat Pagi, Namun Dibayangi Pelemahan Rupiah

Keinginan SoftBank untuk melihat GoTo dan Grab merger didasarkan pada logika ekonomi yang sangat pragmatis, yang kerap digaungkan oleh Masayoshi Son sendiri.

Saat ini GoTo dan Grab terus melakukan "perang harga" dan memberikan subsidi besar-besaran untuk merebut pasar. Praktik "bakar uang" ini sangat merugikan investor, termasuk SoftBank. Merger akan mengakhiri subsidi ganda, sehingga jalan menuju profitabilitas menjadi lebih cepat dan jelas.

Dengan menggabungkan pasar e-commerce, ride-hailing, dan fintech terbesar di Asia Tenggara, entitas hasil merger akan menjadi monopoli de facto yang nilai pasarnya jauh lebih besar. Bagi SoftBank, ini adalah cara tercepat untuk mendapatkan return maksimal (balik modal) dari investasi miliaran dolar mereka.

Di tengah isu santer ini ada salah satu tulisan menarik dari ekonom senior Yanuar Rizky yang menulisnya di laman Facebook pribadinya. Menurut dia mengapa Patrick Walujo, yang terafiliasi dengan Northstar, menolak keras merger ini.

Dia bilang penolakan ini didasarkan pada masalah kepemilikan silang dan posisi neraca kedua perusahaan.

"Yang memiliki buku lebih tinggi akan menjadi pihak pengendali dalam proses akuisisi... pemegang saham GOTO akan terdilusi porsi kepemilikannya di induk merger Grab-GoTo oleh nilai buku Grab yang lebih besar." tulis Yanuar.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI