Suara.com - Dunia maya baru-baru ini dihebohkan oleh kabar yang menyeret nama Amankila Bali, salah satu resor paling eksklusif di Indonesia.
Nama hotel mewah ini mendadak menjadi perbincangan hangat setelah diduga muncul dalam The Epstein Files.
Berkas tersebut merupakan kumpulan dokumen hukum yang merinci aktivitas kriminal Jeffrey Epstein, pemodal asal Amerika Serikat yang terbukti melakukan kejahatan seksual terhadap anak di bawah umur.
Di dalam dokumen tersebut, terdapat istilah Epstein List yang berisi nama-nama tokoh berpengaruh serta destinasi yang diduga berkaitan dengan jaringan perdagangan manusia yang dikelola Epstein.
Sebuah foto yang beredar di media sosial memperlihatkan momen yang diduga terjadi di Amankila Bali, di mana Epstein terlihat sedang menyaksikan pertunjukan tarian yang melibatkan anak-anak.
Siapa Pemilik Amankila Bali?
Amankila Bali bukan sekadar hotel biasa; ini adalah simbol kemewahan dengan tarif menginap yang fantastis, mencapai kisaran Rp30 juta per malam.
Hotel ini merupakan bagian dari Aman Group, jaringan hotel ultra-mewah yang memiliki sejarah panjang dan kepemilikan internasional.
Berikut adalah rincian sejarah dan kepemilikan Amankila:
Baca Juga: 5 Alternatif Tempat Wisata Bali Viral selain Taman Wisata Luih, Hidden Gem yang Eksotik!
Pendiri dan Sejarah Awal: Resor ini dibuka pada tahun 1992 oleh Adrian Zecha, seorang legenda di industri perhotelan mewah.
Adrian Zecha berkolaborasi dengan pengusaha lokal, Franky Tjahyadikarta, yang menyediakan lahan untuk pembangunan resor tersebut di Manggis, Bali Timur.
Pemilik Saat Ini: Saat ini, operasional dan kepemilikan Aman Group berada di bawah kendali Vlad Doronin. Pengusaha properti internasional ini memimpin melalui perusahaannya, OKO Group, dan menjabat sebagai CEO sekaligus Chairman Aman Group.
Meskipun kini dimiliki oleh pihak internasional, akar Aman Group tidak bisa dilepaskan dari Indonesia. Adrian Willem Ban Kwie Lauw-Zecha atau Adrian Zecha lahir di Sukabumi, Jawa Barat, pada tahun 1933.
Ia tumbuh dari keluarga Tionghoa terpandang yang sering disebut sebagai kelompok "cabang atas" karena kekayaan dan pengaruh sosialnya yang besar.
Ayah Adrian, William Lauw-Zecha, merupakan orang Indonesia pertama yang lulus dari Iowa University, Amerika Serikat, pada tahun 1923. Latar belakang keluarga yang sukses di pemerintahan kolonial memberikan jalan bagi Adrian untuk membangun imperium perhotelan yang mengedepankan privasi sempurna dan arsitektur yang sensitif terhadap lokasi.