Suara.com - Frank Lampard kini merasakan apa yang pernah dirasakan Jose Mourinho dan eks manajer Chelsea lainnya, yang pernah membimbingnya ketika masih aktif sebagai pemain. Bahwa ketika seorang manajer Chelsea gagal memenuhi ekspektasi, konsekuensinya bisa mengerikan.
Selama karier bermainnya di bagian barat ibu kota, pencetak gol terbanyak Chelsea itu melihat begitu banyak manajer datang dan pergi di Stamford Bridge.
Namun demikian, Lampard tidak pernah ambisius dan berharap banyak ketika dia menerima tawaran untuk membesut Chelsea pada tahun 2019 lalu.
Posisi keempat di bawah embargo transfer, dan setelah menjual Eden Hazard ke Real Madrid, adalah pencapaian cemerlang untuk Lampard di musim pertamanya.
![Manajer Chelsea, Frank Lampard memberikan instruksi pada laga perempatfinal Piala FA 2019/2020 kontra Leicester City di King Power Stadium, Leicester, Minggu (28/6/2020) malam WIB. [Tim Keeton / POOL / AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/06/29/68094-frank-lampard.jpg)
Pencapaian itu melebihi harapan publik Stamford Bridge, tidak terkecuali pemilik klub Roman Abramovich.
Akan tetapi, tidak peduli seberapa besar nama Lampard sebagai legenda klub, hal itu tidak mengubah fakta bahwa jika ia bekerja untuk taipan asal Rusia itu yang paling utama adalah hasil. Bukan gaya permainan, atau jumlah pemain muda yang dihasilkan.
Dengan kata lain, ketika Lampard menelan lima kekalahan dari delapan pertandingan, maka ia sudah menyadari risiko yang dihadapinya.
London Football melaporkan jika Abramovich mengaku berat hati untuk mendepak legenda hidup klubnya tersebut. Apalagi Abramovich dikenal memiliki hubungan akrab dengan Lampard.
“Ini adalah keputusan yang sangat sulit bagi Klub, paling tidak karena saya memiliki hubungan pribadi yang sangat baik dengan Frank dan saya sangat menghormatinya," kata Abramovich.
Baca Juga: 5 Fakta Karier Kepelatihan Frank Lampard, Minim Pengalaman!
“Dia adalah pria dengan integritas tinggi dan memiliki etika kerja tertinggi. Namun, dalam situasi saat ini kami yakin bahwa yang terbaik adalah mengganti manajer," sambungnya dikutip dari London Football, Senin (25/1/2021).