Suara.com - Manajemen Persipura Jayapura telah resmi mencoret dua pemain yang merupakan ikon klub, yakni penyerang Boaz Solossa (35) dan bek sayap Yustinus Pae (38). Keduanya didepak karena perilaku indisipliner yang berulang.
Keputusan pencoretan tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Umum Persipura, Benhur Tomi Mano. Namun, Benhur tidak menjelaskan secara detail mengapa Boaz dan Pae sampai harus didepak.
Benhur hanya menyebut apa yang dilakukan oleh Boaz dan Pae bukan sekali-dua kali terjadi. Sebagai pemain senior, tentu hal tersebut tidak bisa dijadikan panutan atau contoh bagi para pemain Persipura yang lebih muda.
"Apakah hal-hal indisipliner ini sudah sering terjadi? Ya, benar. Para pemain, ofisial atau yang berada dan pernah berada di tim ini pasti tahu. Silahkan ditanyakan saja kalau kami dianggap berbohong," kata Benhur Tomi Mano.

"Hampir setiap tahun hal ini terjadi, berlangsung terus-menerus. Kami selalu sabar serta mentoleransi pelanggaran mereka. Apakah kami tidak menghargai mereka?"
"Kami terlalu sayang, hormat, dan menghargai mereka. Sampai kami rela disindir oleh pihak lain karena dianggap terlalu lemah dengan mereka. Tapi kami tetap sabar karena kami menghormati mereka," papar Benhur curhat panjang lebar.
Manajemen Tim Mutiara Hitam --julukan Persipura-- mencoba bersabar menghadapi sikap dua penggawa seniornya itu dengan harapan ada perubahan. Namun seiring berjalannya waktu, nyatanya hal tersebut tidak kunjung terjadi.
"Kami terus menunggu mereka berubah. Banyak pemain muda kami yang menjadikan mereka sebagai contoh, tapi tidak ada perubahan dari mereka. Kami sabar, Tuhan Yang Maha Esa maha tahu segalanya. Tetapi untuk kali ini, bagi kami sudah kelewatan!" ketus Wali Kota Jayapura itu.
Boaz dan Pae resmi dilepas Persipura ketika tim menggelar training camp (TC) di Jakarta pada 7 Juni 2021. Keputusan tersebut sudah atas dasar masukan dari berbagai pihak, alias tidak sembarangan.
Baca Juga: Italia vs Spanyol, La Furia Roja Berpengalaman Jegal Gli Azzurri
"Tidak ada satupun keputusan manajemen yang diambil hanya berdasarkan pemikiran satu atau dua orang saja. Apalagi untuk kasus sebesar ini. Kami sangat berhati-hati," jelas Benhur.
"Keputusan kami memulangkan Boaz dan Pae adalah keputusan manajemen dan masukan dari berbagai pihak yang terlibat langsung di dalam tim. Waktu itu kami meminta manajer, direktur utama, dan pelatih Persipura untuk menyampaikan keputusan itu kepada mereka di Hotel Kartika Chandra," bebernya.
Benhur kembali menceritakan tingkah Boaz dan Pae yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tepatnya ketika manajemen meminta masukan kepada empat pemain senior, yakni Boaz, Pae, Ricardo Salampessy, serta Ian Kabes mengenai adanya tiga pemain muda yang berlaku indisipliner.
Ketika itu, keempatnya setuju dengan sanksi yang diberikan manajemen untuk ketiga pemain tersebut. Namun, tak berselang lama, Boaz dan Pae melakukan hal serupa.
"Baru saja kami mencoret pemain karena indisipliner, tiba-tiba mereka lakukan hal yang sama. Apa maksudnya ini? Ini seperti menampar muka kami. Manajemen seperti tidak dihargai sama sekali," ungkapnya.
"Hal lain yang kami kagetkan adalah selama ini rupanya ada upaya untuk mengajak pemain lain untuk terlibat. Ini bisa mengganggu kondisi tim, kondisi internal skuad. Ini juga sangat kami sayangkan," bongkar Benhur.