“Bermain melawan Conventry, Sunderland, yang mengandalkan umpan panjang, saya tidak bisa mengintimidasi mereka,” katanya.
“Di Prancis dan Italia, saya adalah pria yang kuat. Saya akan menatap mata para striker dan menunjukkan, ‘tidak ada apa-apa untuk Anda hari ini’, dan pemain akan melihat ke bawah dan menerima bahwa saya telah menang,” lanjutnya.
“Tapi, di Inggris, itu tidak terjadi. Pemain lawan selalu siap untuk berkelahi. Mereka siap meladeni Anda. Saya depresi selama empat tahun,” Desailly melanjutkan.
Beruntungnya, Desailly berhasil bangkit. Setidaknya, butuh waktu sekitar dua pekan baginya untuk beradaptasi.
Dua pekan setelah kekalahan dari Conventry, Desailly tampil angkuh untuk menjaga gawang Chelsea dari kebobolan ketika menghadapi Real Madrid pada Piala Super UEFA.
Pada laga itu, Chelsea sukses menang 1-0 atas klub raksasa asal Negeri Matador tersebut.
[Penulis: Muh Adif Setiawan]