“Penyebab depresi bersifat multifaktorial dan juga struktur kepribadian seseorang harus diperhitungkan. Dua komponen ini menyebabkan seseorang bisa mengalami depresi,” imbuhnya.
“Pemain sepak bola tidak terlindungi dari yang namanya ‘Hallo Effect’. Mereka muda, atletis, sukses, dan banyak uang. Tapi itu tak membuat mereka kebal,” pungkasnya.
Hallo Effect atau efek halo sendiri adalah istilah dalam bidang psikologi untuk menyebut suatu fenomena kemunculan penilaian terhadap seseorang pada kesan pertama.
Dalam dunia sepak bola, pecinta sepak bola akan melihat para pemain adalah sosok sempurna karena populer dan kaya. Nyatanya, sederet keuntungan tersebut tak membuat seorang pesepak bola bebas dari yang namanya tekanan.
Psikolog olahraga, Jose Carlos Jaenes, menyebutkan bahwa seorang atlet kompetitif seperti sepak bola, menjalani pekerjaan yang berat dan membutuhkan usaha maksimal.
Sehingga hal-hal di luar kehidupannya sebagai atlet dapat memberi efek kepada mental seorang atlet.
“Menjadi atlet yang kompetitif adalah pekerjaan berat. Tak semuanya soal medali, ada pengorbanan dan usaha yang keras. Atlet tak dipersiapkan menghadapi masyarakat, tekanan media,” ucap Jaenes.
“Mereka (atlet) tak dipersiapkan untuk gagal atau menghadapi waktu-waktu sulit. Ketika semua berjalan baik, maka semua akan terasa baik. Tapi ketika semua berjalan buruk, Anda butuh banyak alat.”
“Jika Anda tak belajar menggunakan mereka, ada atlet yang lemah akan mengalami waktu yang buruk,” pungkasnya.
Baca Juga: 5 Top Bola Sepekan: 10 Pesepak Bola Termahal ASEAN Saat Ini, Nomor 6 dari Indonesia
Saat ini, ada nama Alvaro Morata yang hampir terjatuh dalam lubang depresi usai mendapat tekanan dari luar lapangan akibat performanya di lapangan.
Pada Euro 2020 lalu, ia mendapat cemoohan yang memberi efek ke mentalnya. Hingga akhirnya Morata buka suara terkait apa yang ia alami sehingga memberi peringatan bahwa depresi itu ada dan bisa menyasar ke para pesepak bola.
“Depresi sama buruknya dengan engkel yang patah. Para penyerang hidup dengan gol, itu tugas kami. Di laga terakhir (Spanyol melawan Italia) saya sangat lelah, tapi saya paham akan rekan saya di lapangan.”
“Tapi pada akhirnya, hanya gol yang diperhitungkan. Itu sedikit sulit, orang-orang bisa mengkritik kami tapi itulah yang kami asumsikan,” kata Morata dikutip dari Show Sport.
Kontributor: Zulfikar Pamungkas