Untuk di kasta kedua, alias J2 League, ada lebih banyak pemain asal ASEAN. Mulai dari kakak beradik asal Filipina, Jefferson Tabinas dan Paul Tabinas, dua pemain asal Vietnam, Vu Hong Quan dan Pham Van Luan, serta Sittichok Paso (Thailand) dan Pratama Arhan (Indonesia).
2. Karakter Witan Cocok dengan Liga Jepang
Witan Sulaeman merupakan pemain sayap yang mengandalkan kecepatan dan teknik mengolah bola. Secara postur dan keunggulan fisik, hal ini memang menjadi kekurangannya.
Keunggulan yang dimiliki Witan Sulaeman itu tentu saja sangat cocok dengan karakter Liga Jepang yang tak terlalu mengandalkan adu fisik seperti di Eropa.
Itulah sebabnya, Witan Sulaeman lebih baik melanjutkan kariernya di Liga Jepang alih-alih memutuskan untuk mencari klub di Eropa atau pun berkarier di Liga 1.
3. Memulai di Kasta Kedua sebagai Batu Loncatan
Witan Sulaeman tak harus bergabung dengan klub kasta tertinggi alias J1 League apabila memilih Liga Jepang sebagai pelabuhan barunya.
Sebab, pemain asal Palu ini bisa mengawali kiprahnya terlebih dahulu di kasta kedua, atau J2 League. Sebab, level persaingannya lebih rendah, sehingga ia bisa belajar beradaptasi terlebih dahulu.
Apabila sudah mampu beradaptasi dan bisa mendapat tempat utama di klub J2 League, maka peluang Witan untuk bisa mencari tantangan baru dengan level yang lebih tinggi akan semakin terbuka.
Baca Juga: 3 Pemain Bintang Timnas Indonesia yang Kini Nganggur Tanpa Klub
Hal itu bisa mencontoh Asnawi Mangkualam bersama Ansan Greeners di K League 2, atau Pratama Arhan bersama Tokyo Verdy di J2 League.