Tak hanya manajemen klub, perwakilan dari komunitas Aremania juga turut mengecam keras aksi anarkis ini.
Dalam video itu juga, Ketua Presidium Aremania Utas, Ali Rifki, menegaskan bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang selama ini diperjuangkan oleh Aremania.
Ia menyampaikan permintaan maaf kepada Persik dan menilai kejadian ini bukan sekadar kerusakan fisik, tetapi juga merusak citra perjuangan panjang untuk membangun kembali kepercayaan publik terhadap sepak bola Indonesia.
Ali juga mendorong pihak kepolisian untuk melakukan investigasi mendalam guna mengungkap siapa pelaku sebenarnya dan motif di balik tindakan tersebut.
Ia menegaskan bahwa aksi kekerasan tak bisa dibenarkan dalam bentuk apa pun, terlebih lagi dalam dunia sepak bola yang seharusnya menjadi ajang silaturahmi dan hiburan.
Insiden ini menjadi peringatan bahwa meski stadion telah diperbaiki, mentalitas sebagian suporter masih membutuhkan pembenahan.
Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang seharusnya menjadi pelajaran besar bagi semua pihak.
Perubahan fisik tak akan cukup bila tidak diikuti oleh perubahan sikap dan budaya dalam mendukung tim kesayangan.
Dalam konteks Liga 1 Indonesia, keamanan dan kenyamanan bagi tim tamu serta suporter harus menjadi prioritas utama.
Baca Juga: Bus Persik Diserang Oknum Suporter, Arema FC: Itu di Luar Kendali Kami
Kejadian seperti ini dapat mencoreng citra kompetisi nasional yang tengah berbenah untuk menjadi lebih profesional dan kompetitif di level Asia Tenggara.
Federasi sepak bola dan operator liga pun diharapkan bisa turun tangan dalam menindak lanjuti kasus ini.
Arema FC kini dihadapkan pada dua tantangan besar: memperbaiki performa di lapangan dan mengembalikan kepercayaan publik atas komitmen mereka menjaga keamanan dan etika dalam sepak bola.
Insiden ini bisa menjadi momen refleksi besar bagi klub dan suporternya untuk benar-benar bangkit dari masa lalu yang kelam.