Arema FC Minta Maaf Aremania Lempar Batu ke Bus Persik Kediri

Senin, 12 Mei 2025 | 06:24 WIB
Arema FC Minta Maaf Aremania Lempar Batu ke Bus Persik Kediri
Arema FC kini dihadapkan pada dua tantangan besar. (IG Arema FC)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pertandingan antara Arema FC dan Persik Kediri yang digelar di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Minggu (11 Mei 2025), menyisakan cerita kurang menyenangkan. Setelah pertandingan berakhir, insiden pelemparan batu terhadap bus tim Persik mencoreng jalannya laga yang seharusnya menjadi momentum historis bagi Arema FC.

Laga tersebut merupakan pertandingan pekan ke-32 Liga 1 musim 2024/2025. Dalam duel ini, Persik Kediri tampil dominan dan berhasil menaklukkan Arema FC dengan skor telak 3-0.

Kekalahan tersebut terasa makin berat bagi tim Singo Edan karena laga ini merupakan pertandingan perdana mereka kembali ke Stadion Kanjuruhan setelah absen sejak Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022.

Kronologis Suporter Lempar Batu Bus Persik Kediri usai Arema FC Dibantai 3-0 (Ig Arema FC)
Kronologis Suporter Lempar Batu Bus Persik Kediri usai Arema FC Dibantai 3-0 (Ig Arema FC)

Kembalinya Arema FC ke Kanjuruhan seharusnya menjadi perayaan tersendiri, mengingat stadion ini telah mengalami renovasi besar dengan dana pemerintah senilai Rp365 miliar.

Proses perbaikan menyeluruh dilakukan untuk meningkatkan standar keamanan dan kenyamanan.

Namun, harapan akan awal baru itu ternoda oleh ulah segelintir oknum yang melakukan aksi tidak terpuji.

Selepas pertandingan, ketika rombongan tim Persik hendak kembali ke hotel, bus mereka mendapat serangan berupa lemparan batu di sekitar kawasan stadion.

Insiden tersebut menyebabkan kaca bus pecah dan beberapa ofisial Persik mengalami luka ringan.

Aksi kekerasan ini menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari Arema FC dan komunitas pendukungnya sendiri.

Baca Juga: Bus Persik Diserang Oknum Suporter, Arema FC: Itu di Luar Kendali Kami

Manajemen Arema FC secara resmi menyatakan penyesalan atas kejadian tersebut.

Mereka menyebut insiden ini sebagai kejadian yang sangat merugikan dan berjanji akan bekerja sama dengan aparat keamanan untuk mengusut pelaku.

Dalam pernyataan resminya, panitia pelaksana pertandingan menegaskan bahwa persiapan pertandingan sudah dirancang secara detail, termasuk simulasi pengamanan. Namun, celah tetap terjadi dan berujung pada kerusuhan pasca-laga.

"Kami mewakili Panpel Arema FC memohon maaf kepada Persik dan suporter terkait kejadian ini. Persiapan dan simulasi sudah kami lakukan dengan matang. Namun, kembali lagi masih ada celah yang terjadi seperti malam ini," begitu kata dia di akun Instagram Arema FC, Senin (12/5/2025).

Panpel Arema FC pun menyampaikan permohonan maaf kepada Persik Kediri dan para pendukung sepak bola nasional. Mereka menilai kejadian ini tak sejalan dengan semangat sportivitas yang ingin dibangun pasca-tragedi Kanjuruhan.

Bagi mereka, insiden ini adalah langkah mundur yang seharusnya tidak terjadi lagi.

Tak hanya manajemen klub, perwakilan dari komunitas Aremania juga turut mengecam keras aksi anarkis ini.

Dalam video itu juga, Ketua Presidium Aremania Utas, Ali Rifki, menegaskan bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang selama ini diperjuangkan oleh Aremania.

Ia menyampaikan permintaan maaf kepada Persik dan menilai kejadian ini bukan sekadar kerusakan fisik, tetapi juga merusak citra perjuangan panjang untuk membangun kembali kepercayaan publik terhadap sepak bola Indonesia.

Ali juga mendorong pihak kepolisian untuk melakukan investigasi mendalam guna mengungkap siapa pelaku sebenarnya dan motif di balik tindakan tersebut.

Ia menegaskan bahwa aksi kekerasan tak bisa dibenarkan dalam bentuk apa pun, terlebih lagi dalam dunia sepak bola yang seharusnya menjadi ajang silaturahmi dan hiburan.

Insiden ini menjadi peringatan bahwa meski stadion telah diperbaiki, mentalitas sebagian suporter masih membutuhkan pembenahan.

Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang seharusnya menjadi pelajaran besar bagi semua pihak.

Perubahan fisik tak akan cukup bila tidak diikuti oleh perubahan sikap dan budaya dalam mendukung tim kesayangan.

Dalam konteks Liga 1 Indonesia, keamanan dan kenyamanan bagi tim tamu serta suporter harus menjadi prioritas utama.

Kejadian seperti ini dapat mencoreng citra kompetisi nasional yang tengah berbenah untuk menjadi lebih profesional dan kompetitif di level Asia Tenggara.

Federasi sepak bola dan operator liga pun diharapkan bisa turun tangan dalam menindak lanjuti kasus ini.

Arema FC kini dihadapkan pada dua tantangan besar: memperbaiki performa di lapangan dan mengembalikan kepercayaan publik atas komitmen mereka menjaga keamanan dan etika dalam sepak bola.

Insiden ini bisa menjadi momen refleksi besar bagi klub dan suporternya untuk benar-benar bangkit dari masa lalu yang kelam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI