Suara.com - FIFA bisa saja bergerak atas sanksi yang diberikan Komite Disiplin (Komdis) PSSI kepada pemain PSM Makassar Yuran Fernandes.
Hal ini setelah Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) bakal melaporkan kejadian ini ke FIFA.
Sekadar mengingat, Yuran Fernandez dijatuhi hukuman larangan bermain selama 12 pertandingan ditambah denda Rp25 juta usai kritik sepak bola Indonesia pasca kekalahan timnya melawan PSS Sleman beberapa waktu lalu.

Sebelum sanksi ini muncul, Yuran Fernandes sudah terlebih dahulu melakukan klarifikasi termasuk meminta maaf atas apa yang dikatakannya.
APPI menilai hukuman untuk Yuran Ferdnandes dianggap tidak adil. Mengacu pada UUD 1945 pasal 28E ayat (3) yang menjamin hak setiap orang atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Sanksi dari Komdis dianggap APPI berbahaya karena mengancam kebebasan orang buat menyampaikan pendapat dan kritikan.
“Tentu sebagai sesama pesepakbola, kami ikut berkeberatan atas putusan Komdis PSSI tersebut karena putusan tersebut dikhawatirkan akan mengancam kebebasan berpendapat para pemain," ujar Wakil Presiden APPI, Achmad Jufriyanto dalam keterangannya.
Oleh sebab itu, APPI akan memberikan dukungan untuk Yuran Fernandes sebagai upaya benahi sepak bola Indonesia.
“Kami akan memberikan support dan dukungan penuh kepada Yuran Fernandes," jelas lelaki yang akrab disapa Jupe ini.
Baca Juga: Fanatisme Suporter Berujung Denda Bagi PSSI, Pengamat: Jangan Anggap Remeh!

"Apa yang ia unggah di Instagramnya, merupakan ungkapan kekecewaan pribadinya, yang justru seharusnya dapat juga dijadikan bahan refleksi bagi banyak pihak di sepakbola Indonesia," jelasnya.
Sementara itu Presiden APPI, Andritany Ardhiyasa, mengatakan bahwa APPI juga sudah berkonsultasi dengan Federasi Internasional Asosiasi Pesepakbola Profesional (FIFPRO) dan FIFPRO Divisi Asia/Oceania terkait kasus Yuran.
Nantinya, FIFPro akan menindaklanjuti kasus Komdis PSSI dan Yuran Fernandes ini langsung ke FIFA.
"Selain itu, APPI juga telah melakukan komunikasi dan koordinasi dengan FIFPRO dan FIFPRO Divisi Asia/Oceania untuk dapat segera melaporkan hal ini kepada FIFA guna mencari dan memperjuangkan jalan keluar yang adil bagi Yuran Fernandes," ujar Andritany Ardhiyasa yang juga kiper Persija Jakarta itu.
Kiritik Yuran Fernandes
Kritik yang disampaikan oleh Yuran Fernandes itu muncul ketika timnya, PSM Makassar, mengalami kekalahan 1-3 di kandang PSS Sleman dalam duel di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Sabtu (3/5/2025).
Dalam unggahannya di media sosial, Yuran menyinggung level korupsi sepak bola Indonesia yang tak pernah hilang.
Dia berpesan bagi pemain asing yang serius untuk bermain sepak bola untuk tidak datang ke Indonesia.
Namun, menurut pemain berusia 30 tahun tersebut, jika mereka hanya sekedar bermain sepak bola dan mencari uang yang banyak di kompetisi profesional, tentu sepak bola di Indonesia adalah tujuan yang baik.
"Sepak bola di Indonesia hanya candaan," tulis Yuran Fernandes.
"Makanya level dan korupsinya akan tetap sama."
"Jika Anda ingin menghasilkan uang, Anda bisa datang ke Indonesia."
"Tapi jika Anda ingin bermain sepak bola serius, lebih baik menjauh dari Indonesia,”
Kritik inilah yang akhirnya membuat telinga Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menjadi panas.
Erick menyebut bahwa Yuran sebaiknya jangan berkarier di Indonesia apabila menjelek-jelekkan sepak bola Indonesia.
Namun, sebelum itu Yuran Fernandes sudah membuat klarifikasi dan meminta maaf tidak ada maksud menjelek-jelekan Indonesia sebagai sebuah negara.
"Pernyataan yang saya sampaikan tersebut sepenuhnya ditujukan dalam konteks sepak bola. Ungkapan tersebut sama sekali tidak dimaksudkan untuk menyinggung Indonesia sebuah negara," kata Yuran.
"Pernyataan tersebut merupakan luapan emosional, tepat setelah pertandingan yang penuh dengan tekanan dan drama. Saya yakin mereka yang menonton pertandingan tersebut paham betul, mengapa saya begitu emosional."
"Saya ingin menyampaikan permohonan maaf dan meminta untuk tidak menyalah artikan unggahan saya ke dalam konteks yang lebih luas. Itu hanya murni merupakan bentuk kekecewaan pribadi saya terhadap situasi di lapangan. Sekaligus cerminan dari rasa peduli dan harapan saya kepada PSSI dan LIB, bahwa sepak bola Indonesia bisa berkembang dan menjadi lebih baik dari hari ini."