FIFA memberikan hukuman tegas berupa larangan mendampingi tim dalam empat pertandingan, serta tambahan denda untuk PSSI sebesar Rp89 juta.
Jika ditotal, sepanjang Kualifikasi Piala Dunia 2026 saja, PSSI telah menerima serangkaian sanksi dengan akumulasi denda yang signifikan dan larangan-larangan kehadiran di lapangan yang tentunya merugikan dari sisi teknis.
Lebih jauh lagi, ini bukan pertama kalinya PSSI berurusan dengan FIFA. Dalam sejarah panjang sepak bola Indonesia, beberapa insiden besar lainnya juga pernah mencoreng nama baik PSSI di mata dunia.
Misalnya, pada tahun 2023, Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 akibat faktor non-teknis, yang juga membuat FIFA kecewa dan mencoret status tuan rumah Indonesia secara sepihak.
Tak hanya itu, jauh sebelumnya, pada tahun 1958, Indonesia juga dicoret dari Kualifikasi Piala Dunia karena menolak bertanding melawan Israel, sebuah keputusan yang dilatarbelakangi oleh alasan politis.
Dan tentu saja, masih segar dalam ingatan publik soal pembekuan PSSI oleh FIFA pada 30 Mei 2015 akibat konflik internal antara PSSI dan pemerintah Indonesia yang dianggap mencampuri urusan federasi.
Rentetan sanksi dan persoalan ini menjadi pengingat penting bahwa untuk membangun sepak bola nasional yang lebih profesional dan berintegritas, pembenahan internal di tubuh PSSI harus dilakukan secara serius.
Disiplin, etika suporter, manajemen pertandingan, hingga kepatuhan terhadap regulasi internasional harus menjadi fokus utama agar Timnas Indonesia tidak terus-menerus menjadi sasaran sanksi FIFA.
Kontributor: Eko
Baca Juga: Gasak Bahrain, Daya Juang Timnas Futsal Putri Indonesia Patut Diapresiasi!