Tahun 1980, ia melanjutkan karier ke Belgia dan memperkuat Standard Liège.
Di sana, ia menjadi andalan klub dan ikut membawa tim meraih berbagai prestasi.
Setelah itu, Tahamata juga bermain untuk Feyenoord, Germinal Ekeren, hingga Beerschot sebelum pensiun.
Karier internasionalnya juga cukup bersinar. Ia tercatat tampil sebanyak 22 kali untuk Timnas Belanda dan mencetak dua gol.
Salah satu momen pentingnya terjadi pada tahun 1980 ketika mencetak gol kemenangan atas Republik Irlandia.
Setelah gantung sepatu, Tahamata tidak meninggalkan dunia sepak bola.
Ia terjun sebagai pelatih dan sempat melatih tim muda Ajax serta menjadi asisten di beberapa klub.
Ia juga aktif dalam kegiatan pelatihan sepak bola untuk anak-anak dan membina akademi di Jerman, yakni Deutsche Football Academy di Berlin.
Dengan pengalaman panjang di Eropa dan latar belakang Indonesia, kehadiran Simon Tahamata diyakini akan memperkaya struktur teknis Timnas jika benar-benar bergabung.
Baca Juga: 3 Pemain yang Pantas Gantikan Ragnar Oratmangoen di Lini Depan Timnas Indonesia
Apalagi fokusnya dalam pencarian talenta bisa menjadi senjata penting bagi Indonesia yang tengah membangun skuad kompetitif untuk event internasional mendatang.