Suara.com - Matheus Cunha menjadi rekrutan pertama Manchester United jelang menghadapi musim 2025/26.
The Red Devils, yang dikabarkan baru saja melakukan PHK massal kepada karyawan klub akibat krisis performa dan finansial, justru berani mengeluarkan dana besar untuk transfer ini.
Ini menunjukkan adanya keseriusan dari manajemen untuk membalikkan nasib klub.
Demi bisa mendapatkan jasa Cunha, Manchester United menggelontorkan dana mencapai 62,5 juta poundsterling atau setara Rp1,3 triliun.
Nilai itu menjadikan transfer Cunha sebagai salah satu pembelian termahal MU dalam beberapa musim terakhir.
Penyerang asal Brasil itu akan mendapatkan kontrak selama lima musim dengan opsi perpanjangan di Old Trafford, yang berarti ia bisa menjadi bagian penting dari rencana jangka panjang klub di bawah pelatih Ruben Amorim.
Transfer ini bisa dibilang sebagai perjudian besar buat MU yang tengah terpuruk.
Musim 2024/25 diakhiri dengan hasil mengecewakan—mereka hanya finis ke-15 di Premier League dan kalah di final Liga Europa.
Namun, jika melihat profil Cunha secara menyeluruh, harapan kebangkitan itu bukanlah hal yang mustahil.
Baca Juga: Bikin Alejandro Garnacho Tidak Berkutik, Kakang Rudianto Malah Heran
Lantas, apa saja faktor yang bisa menjadikan Cunha sebagai sosok kunci kebangkitan Setan Merah?
1. Produktivitas Gol yang Konsisten di Liga Inggris
![Penyerang Wolves, Matheus Cunha. [Glyn KIRK / AFP]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/02/01/57011-matheus-cunha-wolves.jpg)
Salah satu masalah utama MU musim lalu adalah minimnya produktivitas gol. Dari 38 pertandingan Premier League, mereka hanya mampu mencetak 44 gol—jumlah yang terendah di antara 16 tim teratas.
Sebaliknya, Matheus Cunha justru menunjukkan ketajamannya bersama Wolverhampton Wanderers.
Ia mencetak 15 gol dan mencatatkan 6 asis dalam 33 pertandingan Premier League musim 2024/25, menjadi pencapaian terbaik dalam kariernya di liga top Eropa.
Total gol Cunha untuk Wolves selama dua setengah musim mencapai 33 dari 92 laga di semua kompetisi.
Pencapaian itu memperlihatkan bahwa Cunha adalah penyerang yang tidak hanya mengandalkan posisi di kotak penalti.
Ia kerap mencetak gol lewat berbagai skenario: tembakan jarak jauh, pergerakan cepat dalam transisi, hingga duel satu lawan satu.
Rata-rata 0,47 gol per laga di liga musim lalu membuktikan efektivitasnya di lini depan, meski bermain untuk tim yang tidak selalu dominan dalam penguasaan bola.
2. Taktik yang Fleksibel Sesuai Gaya Ruben Amorim
![PHK Ratusan Pekerja, Manchester United Gelontorkan Rp1,3 T untuk Rekrut Matheus Cunha [Instagram Matheus Cunha]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/01/84293-matheus-cunha.jpg)
Ruben Amorim dikenal sebagai pelatih yang mengusung sistem dinamis seperti 3-4-3 atau 3-4-2-1 dengan pressing tinggi dan transisi cepat.
Gaya ini menuntut para penyerang untuk mobile, adaptif, dan kuat dalam kerja sama kolektif.
Matheus Cunha adalah tipe pemain yang cocok dalam sistem tersebut. Ia telah membuktikan fleksibilitasnya selama bermain untuk Wolves, di mana ia tampil sebagai striker utama, second striker, dan bahkan winger kiri.
Dalam sistem Amorim, ia bisa berperan sebagai false 9 atau menjadi outlet utama dalam serangan balik cepat.
Berdasarkan data dari FBref, Cunha mencatatkan 4,3 progressive carries dan 1,8 key passes per 90 menit musim lalu.
Angka ini mencerminkan kontribusinya dalam membawa bola ke zona berbahaya dan menciptakan peluang—sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh MU yang kesulitan membangun serangan secara konsisten.
3. Sosok Baru, Mentalitas dan Etos Kerja Baru
![PHK Ratusan Pekerja, Manchester United Gelontorkan Rp1,3 T untuk Rekrut Matheus Cunha [Instagram Matheus Cunha]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/01/38550-matheus-cunha.jpg)
Salah satu kritik utama terhadap skuad Manchester United dalam beberapa musim terakhir adalah lemahnya mentalitas bertanding.
Banyak pemain dinilai tidak menunjukkan determinasi yang cukup, terutama saat menghadapi tekanan.
Matheus Cunha dikenal memiliki karakter pekerja keras dan tidak mudah menyerah. Meski Wolves sempat terpuruk musim lalu, Cunha tetap tampil konsisten dan menjadi motor serangan utama.
Bahkan secara statistik, ia masuk 10 besar penyerang Premier League 2024/25 untuk successful pressures—atau tekanan defensif yang berhasil.
Ini adalah atribut penting dalam filosofi Ruben Amorim yang menekankan intensitas tinggi dan kerja kolektif dalam bertahan.
Sebagai tambahan, Cunha bukan pemain yang baru di kancah internasional. Ia telah mencatatkan 13 penampilan bersama timnas Brasil senior, serta tampil di berbagai level usia sejak U-20.
Pengalaman ini memberinya kematangan dan kepercayaan diri yang dibutuhkan untuk memimpin lini depan klub sebesar Manchester United.
Dengan usia yang masih 26 tahun, pengalaman lintas liga top Eropa—dari Bundesliga, La Liga, hingga Premier League—dan etos kerja tinggi, Matheus Cunha memiliki semua atribut untuk menjadi simbol baru kebangkitan Setan Merah.
Jika Amorim berhasil memaksimalkan potensi Cunha, bukan tak mungkin sang striker Brasil menjadi pembelian paling vital United dalam satu dekade terakhir.
Kontributor: Aditia Rizki