Sementara itu, pelatih Patrick Kluivert juga menunjukkan pendekatan berbeda dalam membentuk tim.
Beberapa jam sebelum pertandingan melawan China, PSSI merilis daftar 23 pemain final.
Dari daftar tersebut, dua pemain yang selama ini menjadi kepercayaan Shin Tae-yong, yakni Pratama Arhan dan Asnawi Mangkualam, harus tersingkir dari skuad.
Langkah Kluivert yang mencoret lima pemain termasuk dua bek sayap senior itu menandai transisi generasi dalam timnas.
Kini, sektor bek sayap diisi oleh nama-nama baru dan pemain diaspora seperti Calvin Verdonk, Nathan Tjoe-A-On, serta saudara kembar Yance dan Yakob Sayuri.
Di lini tengah, kepercayaan diberikan kepada pemain-pemain muda dan berdarah campuran seperti Thom Haye, Ivar Jenner, Joey Pelupessy, serta Stefano Lilipaly sendiri.
Adapun di lini depan, Rafael Struick, Ole Romeny, dan Ramadhan Sananta masih menjadi andalan untuk mendobrak pertahanan lawan.
Statistik juga berpihak kepada Garuda. Dari delapan laga terakhir, Indonesia mencatat dua kemenangan, tiga kali imbang, dan tiga kekalahan—lebih stabil dibandingkan China yang hanya mencetak dua kemenangan dan enam kekalahan.
Dengan komposisi pemain yang lebih segar dan didominasi oleh 18 pemain diaspora, Timnas Indonesia siap membalikkan sejarah pertemuan yang selama ini lebih banyak dimenangkan oleh China.
Baca Juga: Mirip Darwin Nunez, Striker 1,86 Meter China Siap Kembali Bikin Malu Timnas Indonesia
Kali terakhir Indonesia menang atas China adalah pada tahun 1987, tetapi performa terkini memberi harapan baru.
Sebagai negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia pada 1938, Indonesia kini kembali mengepak sayap dengan semangat baru, dan Stefano Lilipaly berada di tengah-tengah perjuangan itu—siap memberikan kontribusi maksimal, entah dari bangku cadangan atau sebagai starter.
Kontributor: Aditia Rizki