Pelatih Irak sudah Jadi 'Korban', Perang Israel-Iran Pengaruhi Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia?

Arief Apriadi Suara.Com
Kamis, 19 Juni 2025 | 10:20 WIB
Pelatih Irak sudah Jadi 'Korban',  Perang Israel-Iran Pengaruhi Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia?
Pelatih Irak sudah Jadi 'Korban', Konflik Israel-Iran Pengaruhi Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026? [Istimewa]

Suara.com - Konflik geopolitik di Timur Tengah antara Iran dan Israel mulai menunjukkan dampak nyata terhadap dunia sepak bola, terutama menjelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Salah satu yang paling merasakan efek langsungnya adalah pelatih Timnas Irak, Graham Arnold, yang kini terjebak di tengah situasi genting.

Graham Arnold, yang sebelumnya pernah menangani Timnas Australia dan sempat ditahan imbang oleh Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, kini berada dalam kondisi waspada tinggi di Baghdad, Irak.

Sejak resmi menukangi Irak, Arnold harus beradaptasi dengan berbagai tantangan, dan konflik Israel-Iran menjadi ujian terberatnya sejauh ini.

Graham Arnold (Instagram/socceroos)
Graham Arnold (Instagram/socceroos)

Dilansir dari Daily Mail, pelatih berusia 61 tahun tersebut saat ini terpaksa mengungsi di sebuah hotel di Baghdad yang dijaga dengan keamanan super ketat.

Penutupan bandara akibat ketegangan militer membuat Arnold tidak bisa pulang ke Australia dan terisolasi di wilayah rawan konflik.

"Mantan pelatih Australia, Graham Arnold dipaksa mengungsi di hotel dengan keamanan tinggi di Baghdad Irak karena tidak bisa terbang ke Australia," tulis Daily Mail, Selasa (17/6/2025).

"Akibat konflik di antara Israel dan Iran, penerbangan di Irak dibatalkan. Bandara di Baghdad juga ditutup pekan lalu," jelas media tersebut.

Seorang teman dekat Arnold bahkan menyebut sang pelatih dalam kondisi psikologis yang tidak stabil, meski secara fisik aman. Ketakutan bahwa konflik bisa meluas membuatnya waswas setiap saat.

Baca Juga: Bukan Shin Tae-yong! China Tunjuk Eks Pelatih Marko Simic sebagai Caretaker

"Dia dalam kondisi aman tapi tidak tenang dan tidak nyaman. Dia berada di hotel dengan keamanan tinggi di Baghdad," ungkap sang teman.

"Graham tidak bicara banyak tapi khawatir kondisi semakin panas dan menyebar ke negara lain. Semoga bandara dibuka dalam 24 jam ke depan," tambahnya.

Warga Israel kocar-kacir melarikan diri ke tempat Perlindungan di Tel Aviv usai serangan Iran
Warga Israel kocar-kacir melarikan diri ke tempat Perlindungan di Tel Aviv usai serangan Iran

Insiden yang menimpa Arnold ini memicu kekhawatiran lebih besar terkait keberlangsungan Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026, yang akan digelar mulai Oktober mendatang.

AFC sebelumnya telah menunjuk Qatar dan Arab Saudi sebagai tuan rumah fase krusial tersebut. Namun keputusan itu tidak diterima dengan tangan terbuka oleh semua pihak.

Tiga federasi nasional—Irak, Uni Emirat Arab, dan Oman—sudah mengajukan protes resmi ke Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).

Mereka menilai proses penunjukan tidak transparan dan cenderung memberikan keuntungan bagi tuan rumah.

Apalagi, dua negara tersebut otomatis akan mendapat dukungan penuh dari suporter lokal, menciptakan ketidakseimbangan atmosfer pertandingan.

Bukan hanya itu, faktor keamanan kini menjadi perhatian utama. Ketegangan antara Iran dan Israel telah menyebabkan jatuhnya korban sipil di wilayah Teheran dan sekitarnya.

Rentetan serangan udara serta rudal membuat Timur Tengah menjadi zona yang tidak stabil untuk menyelenggarakan event olahraga internasional.

Apabila konflik ini terus bereskalasi hingga menjelang Oktober 2025, maka penyelenggaraan pertandingan di kawasan Teluk bisa menjadi risiko besar—baik bagi pemain, ofisial, maupun penonton.

Salah satu opsi yang diajukan pihak yang tidak senang dengan keputusan AFC ini adalah memindahkan seluruh pertandingan ke negara netral yang lebih stabil secara politik dan aman secara geografis.

Tekanan dari publik juga mulai meningkat. Di media sosial, banyak netizen menyerukan agar Qatar dan Arab Saudi bertukar tempat untuk menjamin keadilan kompetitif. Namun hal itu belum menyentuh isu keamanan yang jauh lebih mendesak saat ini.

FIFA pun didesak tidak hanya fokus pada aspek logistik dan keuntungan komersial, melainkan harus mengutamakan keselamatan seluruh pihak.

Pelajaran dari kasus Graham Arnold seharusnya menjadi sinyal peringatan bahwa sepak bola tidak bisa lepas dari dinamika geopolitik.

Apabila konflik bersenjata terus berlanjut dan organisasi sepak bola dunia gagal mengantisipasi dampaknya, bukan tidak mungkin Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia justru menjadi titik kritis yang mengganggu jalannya kompetisi secara menyeluruh.

Kontributor : Imadudin Robani Adam

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI