Salah satu indikasi tersebut dapat dilihat dari situasi saling serang antara kedua tim. Demikian pula dengan peluang yang tercipta. Baik Indonesia maupun Myanmar sama-sama mempunyai peluang sama untuk membobol gawang lawan.
Indikasi yang tidak kalah menarik adalah pertandingan kedua tim harus diakhiri dengan babak adu penalti. Hal ini menjadi bukti level Indonesia dan Vietnam saat ini boleh dikatakan seimbang.
Permasalahan menarik pada anak asuh Akira Higayhisama terlihat pada cara mereka melakukan finishing. Terhitung 2 peluang matang yang seharusnya menjadi gol ke gawang Vietnam.
Peluang Nasywa yang lolos dari lini belakang Myanmar menjadi sia-sia karena tendangannya terlalu lemah. Demikian pula dengan satu peluang yang ada, di mana 2 pemain Indonesia berhadapan dengan 1 bek Myanmar. Keterlambatan dalam memberikan umpan membuat bola dapat didebut bek Myanmar tersebut.
Namun di atas semua itu, raihan posisi ke-3 tetap wajib diapresiasi. Sebab bagaimanapun juga, posisi 1 dan 2 saat ini untuk sepak bola putri masih menjadi milik Thailand dan Vietnam yang kali ini tampil di babak final.
Hal kedua yang juga patut dimaklumi adalah mepetnya persiapan timnas putri Indonesia U-19 dalam mengikuti ajang ini. Keberadaan Akira sang pelatih asal Jepang ini boleh dibilang baru dalam hitungan jari.
Maka menjadi hal wajar jika Akira belum mengenal sama sekali para pemainnya, sehingga tugas mendampingi di tim pun boleh dibilang belum optimal. Demikian pula pengenalan para pemain terhadap sang pelatih.