Suara.com - Penggunaan kecerdasan buatan alias AI di sepak bola mulai masif digunakan klub Eropa, seperti raksasa LaLiga, Real Madrid.
Real Madrid seperti dikutip Suara.com dari TycSports, Sabtu (21/6) memasuki era baru dalam hal pencegahan pemain yang alami cedera.
Berkaca dari jumlah lebih dari 50 cedera selama beberapa musim terakhir, klub raksasa Spanyol itu kini menerapkan metode berbasis teknologi tinggi untuk mencegah cedera dan meningkatkan performa fisik para pemainnya.
Di bawah arahan pelatih anyar Xabi Alonso, Real Madrid menggandeng perusahaan teknologi kesehatan TermoHuman untuk memperkenalkan sistem deteksi dini cedera berbasis kamera inframerah dan kecerdasan buatan (AI).
Metode ini memungkinkan tim pelatih dan medis memantau kondisi fisik pemain secara real-time dan personal.
![Real Madrid Gunakan AI Demi Cegah Cedera Pemain: Bisa Deteksi Kurang dari 30 Detik [Tangkap layar X]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/21/88737-ai.jpg)
Lantas Bagaimana AI Bekerja?
Dengan menggunakan kamera termal dan algoritma AI, sistem ini memindai tubuh pemain dalam waktu kurang dari 30 detik.
Gambar termal yang dihasilkan kemudian dianalisis untuk mencari ketidakseimbangan suhu tubuh, yang bisa menjadi indikator awal peradangan, kelelahan otot, atau potensi cedera.
Sistem ini memiliki basis data lebih dari 350.000 citra termal dari hampir 50 negara, memungkinkan analisis yang sangat presisi dan personal.
Baca Juga: Hasil Piala Dunia Antarklub 2025: Debut Minor Xabi Alonso, Real Madrid Ditahan Al Hilal
Setiap bagian tubuh pemain dibagi menjadi lebih dari 100 zona anatomis, dan setiap zona dipantau secara individual untuk mendeteksi gejala-gejala mikro yang biasanya luput dari pengawasan konvensional.
Tidak hanya berguna untuk pencegahan cedera, teknologi ini juga sangat berguna dalam monitoring pemulihan pemain yang tengah menjalani rehabilitasi.
Dengan data yang diperoleh, tim medis dan pelatih Real Madrid dapat menyusun program latihan atau terapi yang lebih terpersonalisasi, sekaligus meminimalisir risiko kekambuhan.
Pelatih Real Madrid, Xabi Alonso memboyong dua sosok penting ke Santiago Bernabeu, yakni Javier Arnáiz, mantan direktur performa dari Federasi Sepak Bola Meksiko dan Ismael Fernández, CEO dan co-founder TermoHuman.
Keduanya akan bekerja erat dengan tim pelatih dan medis Real Madrid untuk memanfaatkan teknologi ini secara maksimal, dalam kerangka ilmu pengetahuan dan analisis data, bukan hanya intuisi.
Sebelum Real Madrid, teknologi TermoHuman telah digunakan oleh klub-klub La Liga seperti Atlético Madrid dan Girona.
Namun kini, kehadirannya di Real Madrid menjadi simbol transformasi besar dalam pendekatan modern terhadap sains olahraga.
Musim lalu, Carlo Ancelotti harus memutar otak menghadapi krisis cedera di skuat.
![Jude Bellingham, gelandang andalan Real Madrid, menyebut kata comeback sudah tak terhitung jumlahnya terdengar sepanjang pekan ini. [Dok. IG Rea Madrid]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/16/10349-jude-bellingham-real-madrid.jpg)
Kini, dengan pendekatan baru ini, Los Blancos berharap dapat menurunkan jumlah laporan medis secara signifikan dan menjaga kestabilan performa tim sepanjang musim.
Xabi Alonso menegaskan bahwa prioritasnya bukan hanya soal taktik dan strategi, tapi juga menjaga kesehatan jangka panjang para pemain.
Inovasi ini menjadi bukti bahwa teknologi dan sepak bola kini tak bisa dipisahkan, dan Real Madrid ingin berada di garis terdepan dalam revolusi tersebut.
Sementara itu, perfomance Real Madrid di Piala Dunia Antarklub 2025 kurang menjanjikan.
Real Madrid gagal meraih kemenangan di laga perdana mereka di Piala Dunia Antarklub 2025 setelah ditahan imbang 1-1 oleh wakil Arab Saudi, Al-Hilal.
Penampilan Los Blancos di bawah arahan pelatih anyar, Xabi Alonso, masih terlihat belum menjanjikan dan hal ini diakui oleh penjaga gawang Thibaut Courtois.
Thibaut Courtois tidak menutup-nutupi fakta bahwa para pemain Madrid masih terbiasa dengan metode pelatih sebelumnya, Carlo Ancelotti, yang selama empat tahun membentuk pola permainan mereka.
“Kami sudah bersama Carlo selama empat tahun. Kami terbiasa dengan rutinitasnya, dan sekarang kami harus mengubahnya sesuai dengan keinginan pelatih baru. Otomatisme permainan lama masih tertanam,” ujar Courtois kepada Cadena SER.
“Ini bukan sesuatu yang bisa berubah dalam empat hari. Kami masih dalam proses—banyak diskusi, banyak menonton video. Kami akan belajar dari pertandingan ini dan akan berkembang ke depannya.” tambah kiper asal Belgia.