Keputusan Van Gastel untuk melatih di Indonesia bukan karena keterpaksaan.
Meski sempat membawa NAC Breda promosi ke Eredivisie dan memiliki peluang untuk kembali melatih di Belanda, ia justru memilih untuk menantang dirinya di luar zona nyaman.

“Anak-anak saya sudah hampir dewasa dan sebentar lagi pasangan saya juga akan tinggal di sini secara permanen,” jelasnya mengenai alasan personal di balik kepindahan ini.
Selain atmosfer sepak bolanya, Van Gastel juga tengah beradaptasi dengan suasana kehidupan di Yogyakarta yang sangat berbeda dari yang ia kenal.
Salah satunya adalah suara azan dari masjid yang menjadi bagian dari keseharian warga.
“Setiap pagi saya bangun sekitar pukul 4 atau setengah 5. Karena di dekat tempat saya tinggal ada tiga atau empat masjid,"
"Suaranya luar biasa kencang. Tapi saya tidak masalah kok. Saya yang harus menyesuaikan diri. Saya ini tamu, kan,” ujarnya sambil tertawa.
Penunjukan Van Gastel menjadi pelatih PSIM Yogyakarta tentu membawa harapan besar bagi tim kebanggaan Kota Gudeg ini.
Dengan pengalamannya di Eropa serta keberhasilan mengantarkan klub promosi di Belanda, publik sepak bola Indonesia menantikan bagaimana sentuhan taktik pria 52 tahun ini akan memengaruhi performa PSIM di Super League.
Baca Juga: Mauricio Souza Beri Sinyal Duetkan 'Pentolan' Timnas Indonesia di Persija Jakarta