Bukan Taktik, Lawan Terberat Timnas Indonesia di Arab Saudi Faktor Non Teknis?

Kamis, 24 Juli 2025 | 20:22 WIB
Bukan Taktik, Lawan Terberat Timnas Indonesia di Arab Saudi Faktor Non Teknis?
Pengamat sepakbola nasional, Tommy Welly, menilai Timnas Indonesia menghadapi ujian berat di Babak 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026, khususnya dalam Grup B yang mempertemukan skuad Garuda dengan Arab Saudi dan Irak. [Dok Kita Garuda]

Suara.com - Timnas Indonesia akan melanjutkan petualangan pada babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Oktober mendatang.

Skuad Garuda tergabung di Grup B bersama tuan rumah Arab Saudi dan Irak yang sebelumnya pernah bertemu.

Di ronde keempat nanti hanya juara grup yang mendapat tiket langsung ke Piala Dunia 2026, sementara runner up harus kembali berjuang di ronde kelima, di mana pastinya perjuangan lebih berat lagi.

Pengamat sepakbola nasional, Tommy Welly, tak menampik ujian berat yang bakal dihadapi Timnas Indonesia.

Sosok yang akrab disapa Bung Towel itu menyoroti dua persoalan teknis yang bisa memengaruhi kinerja skuad.

Pertama, cedera Ole Romeny, pencetak tiga gol dalam empat laga sebelumnya, menjadi kehilangan signifikan karena kemampuan finishing dan kualitas individunya belum tergantikan di skuad saat ini.

"Lalu tanda tanya tentang jam terbang para pemain diaspora, yang masih belum pasti bergabung dengan klub mana di musim ini sehingga dapat berdampak pada kebugaran dan ritme bermain," ujarnya dikutip dari kanal Youtube Gocek Bung Towel, Kamis (24/7/2025)

Namun, Towel menegaskan, tantangan ini tidak boleh meruntuhkan harapan. Ia percaya tim kepelatihan di bawah Patrick Kluivert masih punya waktu, termasuk FIFA Match Day September melawan Kuwait dan Lebanon, untuk mencari solusi yang tidak bergantung pada satu-dua pemain kunci.

Towel juga menyoroti tantangan dari sisi eksternal yang berpotensi mengganggu fairness kompetisi. Pertama, keuntungan jadwal Arab Saudi yang bermain pada 8 dan 14 Oktober, memberi mereka waktu istirahat 5 hari. Sementara Indonesia hanya punya waktu recovery dua hari antara laga 8 dan 11 Oktober.

Baca Juga: Yotsakorn Burapha vs Timnas Indonesia U-23: Akan Balas Dendam atau Kembali Jadi Korban?

"Perbedaan jam pertandingan juga merugikan Indonesia. Laga melawan Arab digelar pukul 20.15, sementara kontra Irak hanya tiga hari berselang dan dimulai lebih sore pukul 18.00. Sebaliknya, Arab mendapat waktu lebih leluasa sebelum bertanding lagi pada pukul 22.30," jelasnya.

Oleh karena itu, Towel menyarankan PSSI mengirim surat resmi kepada AFC guna mempertanyakan kesenjangan jadwal dan waktu kick-off yang berpotensi menimbulkan ketidakadilan.

Merujuk pernyataan eks Presiden FIFA, Sepp Blatter, yang menyebut "Football has been lost to Saudi Arabia", Towel menyoroti pengaruh uang Arab Saudi dalam sepakbola dunia. Mulai dari penunjukan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 tanpa kajian mendalam, hingga pembelian hak siar Kejuaraan Dunia Antarklub senilai Rp16,2 triliun, serta dominasi sponsor seperti Aramco, Riyadh Airways, dan Visit Saudi.

Ia mengingatkan bahwa faktor-faktor eksternal ini bisa memperberat perjuangan Timnas Indonesia secara non-teknis.

Meski posisi Indonesia sebagai underdog di Grup B tidak ideal—dengan probabilitas menang yang ia nilai hanya sekitar 40:60 persen—Towel tetap memberi apresiasi kepada tim pelatih Patrick Kluivert dan Alex Pastoor atas keseriusannya terlibat langsung di ekosistem sepakbola Indonesia, termasuk menyaksikan AFF U-23 dan laga klub lokal.

"Meski lawan Arab dan Irak sangat berat, perjuangan Timnas harus total. Arab Saudi berkembang pesat, tetapi Indonesia juga punya potensi. Maka, jika ingin lolos, Timnas harus menang mutlak lewat strategi dan kualitas sepakbola. Seperti dalam tinju: harus menang KO, jangan hanya menang angka atau split decision,” tegas Towel.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI