Suara.com - Andil manajer begitu besar mengerek pamor seorang artis. Tak sekadar mengurus keluar masuk keuangan dan cari job, seorang manajer juga bertanggung jawab merawat eksistensi si artis di kancah hiburan Tanah Air. Ibarat pepatah from zero to hero, racikan manajer artis sukses menyulap seseorang aktor atau penyanyi yang semula tak dikenal menjadi tenar.
Namun, perjalanan tak melulu manis. Di tengah jalan, mereka acapkali tersandung konflik. Mulai dari tudingan mengeksploitasi si artis, hingga gontok-gontokkan soal pembagian honor. Bahkan, tak sedikit yang berujung di pengadilan.
Berikut lika-liku kisah manajer yang sukses mengantar artis asuhannya.
1. Vera Zanobia (manajer Almarhum Olga Syahputra)
Vera Zanobia atau lebih dikenal dengan sebutan Mak Vera mengungkap sulitnya menjadi seorang manajer artis. Sebagai pemilik Cantik Molek Indah Management and Production (CMI) berbagai macam tudingan negatif pernah dialami.
"Tapi paling berat itu aku difitnah, dituduh mengekang artis. Aku dikira terlalu mengikat kemauan artis untuk melakukan pekerjaan. Padahal, Alhamdulillahnya aku sama anak-anak aku selalu kooperatif soal jadwal kerjaan," ungkapnya saat ditemui suara.com baru-baru ini di kawasan Senayan, Jakarta Selatan.
Menurut vera, tak sedikit manajer yang menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan. Tanpa melihat kondisi fisik artisnya, mereka jusutru menjejali dengan pekerjaan.
"Yang menyalahgunakan itu yang membuat Mak dan manajer artis lain ikut kena dampak fitnahnya," lanjutnya.
Belum lama ini Mak Vera baru saja kehilangan Olga Syahputra, salah satu artis kesayangannya. Olga meninggal dunia setelah hampir setahun menjalani perawatan di Singapura karena penyakit meningitis.
"Cukup kejadian Olga aja. Mak nggak mau kejadian lagi. Waktu Olga kemarin Mak banyak dituduh macem-macem," ungkap perempuan 40 tahun tersebut.
Padahal, kata dia, saat menerima panggilan dirinya sangat berhati-hati.
"Pada bilang Mak nggak jagain artis. Padahal kalau dilihat Mak aja suka galak sama yang minta wawancara. Soalnya, Mak takut kecapean. Tapi kalau kayak Olga dia paling nggak enakan sama kerjaan. Walau udah capek, dia pasti bilang 'nggak apa-apa Mak, Olga nggak enak'," ujarnya.
Dari kejadian yang menimpa Olga, Mak Vera berusaha memperbaiki pola kerjanya sebagai manajer. Sekarang dia sengaja membatasi tawaran untuk artisnya, yakni dua pekerjaan dalam sehari.
Yang paling penting, kata dia, artisnya harus menjaga hubungan baik dengan penggemar. Jika ikatan dengan fans terjalin kuat, seorang artis tak mungkin kehilangan pamor.
"Aku selalu ngedidik anak-anakku jadi public figure yang mencintai fansnya. Nggak ada yang sombong, karena dari mereka juga (fans) kita masih dipercaya untuk isi acara. Istilahnya masih ada yang nunggu kita," sambungnya.
Dia juga berusaha jujur dalam menerima pekerjaan ataupun menasehati anak-anaknya. Dia bahkan tegas menegur artisnya jika melakukan kesalahan.
"Kunci utamaku dalam pekerjaan ini adalah jujur. Jujur demi kebaikan untuk si artis, jujur demi kebaikan manajemen juga. Karena bagaimanapun, pekerjaan ini adalah pekerjaan yang harus amanah, mengatur jadwal artis dan kita juga harus memikirkan si artisnya sanggup atau nggak," ungkapnya.
Kepergian Olga semakin membuat Mak Vera berbenah. Dia berharap semua kejadian bisa jadi pelajaran untuk memperbaiki diri ke depannya agar tetap sukses. Saat ini, Mak Vera masih menangani beberapa artis seperti Edric Tjandra, Billy Syahputra, Chand Calvin, Tarra Budiman, Cut Memey, Asha Syara, dan beberapa nama lainnya.
2. Benny Simanjuntak (Pendiri Contoh Management)
Saat kecil Benny Simanjuntak atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bencot tak pernah bercita-cita berkarir di industri hiburan. Saat kuliah, dia bahkan memilih jurusan hukum. Namun, justru dari situ dia akhirnya mengintip gemerlap hiburan.
"Saya itu sebenarnya kuliah di hukum. Tapi memang sambil belajar hukum saya bergaul dengan beberapa artis, salah satunya saya berteman dengan Tarida Gloria artis yang gemuk dulu," kata Benny ditemui suara.com di kawasan Senayan belum lama ini.
Dari Tarida, Benny tertarik dunia hiburan. Saat itu artis berbadan gemuk itu suka mencari orang yang kemudian dijadikan sebagai seorang artis.
"Kebetulan dia (Tarida) pencari talent, nah dari situ saya ikut-ikut cari talent," kenangnya.
Lelaki berdarah batak itu terus mencari calon bintang. Kebetulan, dia dipercaya sebagai pencari bakat untuk film layar lebar berjudul Rini Tomboy. Di situ, dia sukses melambungkan nama artis Cornelia Agatha.
"Kayak Rini Tomboy, saya yang mencari talentnya. Bahkan saat itu, Cornelia saya dapat saat dia menyeberang bawa ular," cerita Benny.
Saat melihat Cornelia, Benny mengaku yakin melihat aura bintang di wajahnya. "Jadi saat itu saya langsung turun dan kenalan sama dia. Ternyata dia mau main film cuman dia menolak rambutnya dipotong. Soalnya tomboy kan identiknya rambutnya pendek," kenangnya.
Sukses menggaet Cornelia Agatha, karir Bencot terus berkembang. Terlebih, kala itu stasiun televisi swasta nasional RCTI mulai mengudara dan butuh banyak bakat baru.
"Jadi ketika PH-PH membutuhkan talent-talent waktu itu belum ada yang koordinator secara profesional saya sudah berpikir ke arah sana," jelasnya.
Bencot boleh dibilang orang pertama yang mendirikan manajemen artis secara profesional. Dia mengklaim, 5 tahun lalu 50 persen artis berasal dari manajemen bentukannya.
Artis-artis yang dilahirkan Bencot masih eksis sampai saat ini yakni Indra Bruggman, Jonathan Frizzy, Nina Shaqi, Steve Emmanuel, Kinaryosih, Leony dan Dhini Aminarti.
Soal aturan main, dia tergolong tegas. Ada beberapa peraturan yang sengaja dibuat dan wajib dipatuhi. Hal tersebut, kata dia, semata-mata untuk melindungi artisnya.
"Kalau kita nggak ada rule itu selalu berantakan. Makanya saya selalu buat rule. Misalnya tidak boleh pacaran sesama artis saya, jam malam diberlakukan untuk artis saya," jelas Benny.
Ada yang keberatan dengan peraturan itu, namun tak sedikit yang patuh. Namun, sebagian besar manut lantaran keinginan yang kuat menjadi pesohor.
"Ya karena keinginan mereka ingin jadi artis jadi sah-sah aja. Kalau mereka tidak mau ikuti ya udah saya nggak mau kontrak," tegasnya.
Soal honor, Bencot memberikan dua alternatif. Ada artis yang dipotong 35% dari honor yang diterima, ada juga artis yang dipotong hingga 50% bila segalanya ditanggung manajemen.
Di tengah jalan, bencot juga pernah terlibat konflik dengan artis asuhannya. Namun dari beberapa kasus yang muncul, hanya 2 yang benar-benar menjadi masalah internal. Selebihnya, menurutnya hanya settingan demi menaikan pamor sang artis.
"Apapun beritanya, negatif maupun positif, kita lihat aja pasti semakin dikenal. Yang bintang porno aja semakin dipakai, sekarang semakin terkenal. Bahkan semakin mahal. Artinya, apapun beritanya, negatif maupun positif tidak masalah yang penting masuk berita," ujarnya.
3. Bombom (manajer Cita Citata)
Namanya Sofwan, tapi biasa dipanggil Bombom. Laki-laki kelahiran Jakarta 18 September 1983 ini boleh dibilang salah satu dalang di balik kesuksesan penyanyi dangdut Cita Citata.
Kemanapun Cita mengisi acara, di situ pasti ada dia. Selain manajer, laki-laki berkacamata ini juga berperan sebagai kreator artis-artis yang ada dalam label Jleb Musik dan Sani Musik.
"Gue baru mulai mengcreat artis itu tiga tahun lalu. Artis pertama yang gue creat Imeymey cabe-cabean," katanya memulai cerita kepada suara.com baru-baru ini.
Bombom tak pernah menyangka melihta sukses Cita Citata seperti sekarang. Lagu Sakitnya Tuh di Sini yang dirilis Desember 2014 meledak di pasaran. Semua orang dari kalangan tua sampai anak-anak hafal lagu ini.
Pamor Cita melejit setelah menjadi komoditas pemberitaan di media hiburan. Statusnya sebagai istri dari laki-lkaki bernama Galih Purnama alias Ijonk pun terbongkar. Padahal, publik sebelumnya tak pernah tahu Cita ternyata sudah menikah.
"Cita muncul di infotaimen bukan yang diharapkan dia maupun manajemen. Dia cuma mau nyanyi. Adapun akhirnya muncul seperti ternyata pernah menikah dan bercerai, kita juga nggak pernah tahu. Tapi permasalahan yang muncul kita tanggapi dengan positif," ujar Bombom.
Bagi Bombom, berita positif dan negatif merupakan bagian dari perjalanan karir Cita. Yang jelas, dia dan manajemen tak pernah mengorbitkan artis dengan membuat sensasi.
"Kita setia dengan karya. Karena gue basicnya juga kan di musik," ucapnya.
Sebagai manajer, Bombom punya prinsip bahwa kesuksesan seorang artis yang sejati lahir dari karya. Dia tak mau membuat cerita palsu demi mengerek artisnya.
"Misalnya sensasi pacaran sama siapa lah, nikah lah. Banyak tawaran settingan kayak gitu. Yang mau nempel sama Cita banyak. Biasanya artis pendatang baru. Tapi kita selalu tolak," katanya.
Kesuksesan dan kepopuleran tak lepas dari honor yang meningkat. Saat ini, Cita dibanderol manajemen dengan harga Rp70 juta tiap kali tampil. Dan, manajemen mendapat jatah 40 persen.
"40 persen itu dibagi-bagi ke manajemen dan produser. Sejauh ini gue mensyukuri. Tapi kalau bicara puas atau tidak, manusia kan nggak ada puasnya," ujar dia.
Semua pekerjaan, kata Bombom, memang ada risikonya. Seperti yang dia alami saat anaknya dirawat di rumah sakit pada Februari 2015 lalu. Secara bersamaan, dia tengah menemani Cita tampil di sebuah acara.
Bagai makan buah simalakama. Mungkin itu yang dirasakan Bombom. Tapi beruntung keluarganya mengerti betul dengan pekerjaannya sebagai manajer artis.
"Yang gue sedih, gue jenguk anak ketika dia sudah mau pulang dari rumah sakit. Kejadian kayak gini lumayan sering. Tapi keluarga ngerti," ujarnya. (Yazir Farouk, Ismail, Nanda Hadiyanti)