Suara.com - Hanung Bramantyo, sutradara film Bumi Manusia mengungkapkan pesan yang ingin disampaikan dari film yang digarapnya. Menurutnya, film tersebut memiliki pesan tentang semangat bagaimana menjadi Indonesia. Yakni, bagaimana menjadi Indonesia yang modern, yang sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia.
Menjadi Indonesia itu bukan berarti menjadi primordial, menjadi nasionalisme yang merasa paling benar, ataupun paling kaya. Tapi menyadari bahwa Indonesia itu setara dengan bangsa lain.
![Film Bumi Manusia akan menggelar acara gala premier di Surabaya, Sabtu (10/8/29019). [Achmad Ali/Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/08/08/82038-film-bumi-manusia-akan-menggelar-acara-gala-premier-di-surabaya.jpg)
"Di mana, Indonesia merupakan negara modern yang bisa bekerja sama dengan bangsa lain dengan suara yang sama," kata Hanung Bramantyo di Surabaya, Kamis (8/8/2019).
Hanung juga mengungkapkan, kenapa gala premiere film Bumi Manusia dilaksanakan di Kota Surabaya. Menurutnya, ada korelasi antara kisah dalam film yang diangkat dari novel karya Pramoedya Ananta Toer tersebut.
"Kenapa Suarabaya? Kota Surabaya itu adalah di mana cerita Bumi Manusia itu terdampar. Minke yang diperankan Iqbaal Ramadhan bertemu dengan Annelis Melema yang diperankan Mawar de Jongh yang akhirnya mempertemukan dengan Nyi Ontosoro, itu semua terjadi di Wonokromo. Wonokromo itu Surabaya," jelas Hanung Bramantyo.
Selain itu, suami Zaskia Adya Mecca ini juga menjelaskan, kenapa gala premiere film Bumi Manusia dilaksanakan berdekatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun ke-74 Republik Indonesia? Harapannya untuk perenungan di masa lalu demi masa depan yang lebih baik.
"Ini berdekatan dengan perayaan Ulang Tahun Indonesia yang ke-74. Ini momen yang pas kita kembali merenung apa yang telah kita lakukan selama ini. Perenungan tentang kita mengingat lagi Indonesia seperti apa dalam Bumi Manusia itu," tutur Hanung Bramantyo.
Kontributor : Achmad Ali
Baca Juga: Mawar de Jongh Tak Sangka Dikasari Hanung Bramantyo