![Marissa Anita saat berkunjung ke Redaksi Suara.com [Suara.com/Angga Budhiyanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/10/27/99239-marissa-anita-saat-berkunjung-ke-redaksi-suaracom-suaracomangga-budhiyanto.jpg)
Terus 2013 NET buka, di bulan Mei saya bergabung, pada saat itu NET media baru. Kenapa saya tertarik? karena saya meskipun di dunia berita, ciri khasnya serius. Tapi saya ngerasa kepribadian saya nggak serius-serius amat, cara saya membawakan informasi itu tidak dingin dan serius lebih ke keseharian. Nah NET itu menawarkan kolam itu. Gabung deh, terus tahun 2016 saya daftar S2, program beasiswa kedutaan Inggris dan dapet. Akhirnya saya memutuskan untuk rehat sebentar dari dunia jurnalistik.
Sebetulnya nggak rehat-rehat juga ya, karena kan jurusan yang saya ambil digital media. Karena saya pikir sebagai orang media semua kan melihat ya transisi media dari analog ke digital. ‘Gila nih, gue harus tahu makhluk baru itu’. Kalau nggak ya nggak nyaman, karena saya merasa nggak nyaman secara tidak sadar dengan digitalisasi media. Exciting sekali tahu internet, tapi ada sisi gelapnya dan itu saya dapatkan ketika belajar dan perhatikan sosial media. 2017 saya menyelesaikan S2, kembali ke dunia media sebentar, kemudian diajak main film sama Joko, waktu itu Folklore: A Mother's Love di HBO.
Kenapa sih tertarik dengan dunia film?
Ya itu kembali lagi yang awal kan main teater. Jadi dalam profesi saya itu, saya selalu punya dua jalur kebahagiaan, satu di media, satu adalah di perfilman atau teater, dari dulu sampai sekarang. Dan menurut saya dua hal ini cukup bahagia, karena terkadang ada yang nanya ‘mbak nggak mau nyoba nyanyi?’ aku nggak lah ya, dua ini aja cukup. Saya pribadi ya, kita tuh jangan terlalu banyak coba ini itu, tapi hasilnya nggak dalem. Kalau buat saya, maksimal itu dua tapi di dalemin. Itu juga harus fokus.
Sukses sebagai aktris, bakal meninggalkan dunia jurnalistik?
Nggak sama sekali. Malah sekarang saya mengambil peran di belakang layar. Saya sekarang untuk media online great mind Indonesia. Di situ kita memang bukan media online yang pada umumnya, setiap hari ngeluarin 50 atau 100 konten. Kita dalam seminggu ngeluarin 7 konten aja, jadi dalam satu hari mengeluarkan satu konten. Namanya juga slow media. Tapi ya itu, fokus share infromasi beda. bukan yang breaking news.
Contohnya kita wawancara Asmara Abigail, terus anglenya yang kita tanya apa sih arti bisi bagi Asmara Abigail?. Jadi kita akan kulik itu, pemikiran dia seputar ambisi, atau pemikiran dia mengenai edukasi seks yang sekarang dia kampanyekan. Betul-betul kita mengorek apa yang ada di dalam pikiran dia dan hati dia. Atau Desi Anwar, saya juga punya konten sendiri di Youtube, ngomongin hal-hal fundamental tapi kadang terlewatkan oleh kita. Contohnya, pentingnya kesendirian. Kesendirian penting banget, zaman sekarang kalau kita dalam momen bosen kita langsung lihat handphone, cari hiburan. Pikiran Kita nggak diam selalu diisi, sebenarnya kita lari dari apa sih, sehingga harus selalu diisi.
Terus ada satu lagi, kayak saya wawancara sejauh ini Reza Rahadian, jadi Q and A aja tapi saya tulis dalam bentuk tulisan di online. Dan saya merasa, ternyata nyaman ya nggak selalu di depan layar, karena saya jadi bisa memupuk dan merawat sisi introvert saya.
Baca Juga: Interview: Dian Sidik Sampai Tahu Cara Wiranto Menarik Napas