Suara.com - Jelang HUT Republik Indonesia yang ke-79, lagu-lagu Nasional kembali menggema di sejumlah ruang publik seperti pusat perbelanjaan. Salah satu lagu yang layak kita nikmati adalah "Bagimu Neg'RI" ciptaan Kusbini.
Lagu "Bagimu Neg'RI" memiliki lirik yang sangat singkat. Meski begitu, lagu Nasional ini memiliki makna yang begitu dalam. "Bagimu Neg'RI" sebuah lagu yang menggambarkan kecintaan dan pengorbanan untuk Indonesia.
Namu ada sejumlah fakta menarik yang banyak orang tidak tahu dari lagu "Bagimu Neg'RI". Hal itu terungkap saat publishing Penerbit Karya Musik Pertiwi (PMP) mendampingi beberapa penyanyi anak asuh dari Presidenmusikindo, yaitu Malaika Azura, Zahra Cama, Shanun Rahmani, Andrea Koo, berkesempatan untuk mengunjungi ahli waris Kusbini.
![Penerbit Karya Musik Pertiwi (PMP) bersama para penyanyi cilik yakni Malaika Azura, Zahra Cama, Shanun Rahmani, Andrea Koo mendatangi pencipta lagu "Terima Kasihku (Guruku)", Sri Widodo. [GNP Music]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/08/07/96762-sri-widodo-lagu-terima-kasihku-guruku.jpg)
Dua putri Kusbini; Titi Asta Ksvara dan Titi Sad Ksvara yang juga menjadi ahli waris mengungkap beberapa hal menarik dari lagu "Bagimu Neg'RI". Termasuk tentang perjalanan hidup Kusbiini serta latar belakang lagu "Bagimu Neg'RI".
Salah satunya adalah tentang penulisan judul lagu "Bagimu Neg'RI" (dengan tanda kutip di belakang "Neg" dan di akhiri huru RI) di mana banyak orang salah menuliskannya. Padahal ada alasan yang sangat serius dibalik gaya penulisan tersebut. Neg'RI sendiri adalah singkatan dari Negara Republik Indonesia.
"Negerinya itu ada koma atasnya (Neg'RI). Itu banyak yang salah menulis. Itu singkatan sebenarnya. Karena kalau negeri itu kan (penjajah/Belanda) langsung tahu, oh negaranya. Tapi kalau menyebut Negara Republik Indonesia, ditangkap. Karena saat itu belum merdeka. Jadi Neg'RI bukan Negeri," kata Titi Asta Ksvara bersama Titi Sad Ksvara.
Selain itu menurut Titi Asta dan Titi Sad, syair lagu "Bagimu Neg'RI" sangat berat untuk dijalankan dan tidak semua orang mampu melakukannya.
"Coba ditelaah saja. 'Padamu negeri kami berjanji'. 'Padamu Negeri Kami berbakti'. Sama ibu bapak saja belum tentu mau berbakti. 'Padamu Negeri kami mengabdi.' Mengabdi itu lahir batin, tidak hanya lahirnya. 'Bagimu negeri jiwa raga kami'. Berani enggak? Jiwa raga kita disampaikan kita ke negara atau masyarakat umum," tutur Titi Asta.
Selain mengunjungi ahli waris Kusbini, Penerbit Karya Musik Pertiwi dan para penyanyi cilik juga mendatangi pencipta lagu "Terima Kasihku (Guruku)", Sri Widodo. Dalam perbincangannya, Sri Widodo menceritakan bagaimana ia membuat lagu tersebut.
Baca Juga: Hapalkan dari Sekarang, Ini Lirik Lagu Nasional untuk Upacara 17 Agustus
"Terima Kasihku (Guruku)" diciptakan Sri Widodo sekitar tahun 1965. Saat itu, Sri yang berprofesi sebagai guru tengah gembira sekaligus sedih karena di akhir tahun ajaran, ada setengah muridnya yang tak lulus. Ada 34 murid di mana 17 orang lulus dan 17 orang dinyatakan tidak lulus.