Suara.com - Dokter Tirta ikut menanggapi pernyataan kontroversi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi soal vasektomi sebagai syarat penerima bantuan sosial (bansos).
Seperti diketahui, Dedi Mulyadi juga terlibat beberapa kontroversi selain adu mulut dengan alumni SMAN 1 Cikarang Utara, Aura Cinta.
Beberapa kontroversi tersebut adalah larangan study tour, mengirim anak-anak pelajar ke barak TNI, hingga mengajukan vasektomi sebagai syarat pemberian bansos.
Lewat akun Twitter pribadinya, dokter Tirta menegaskan jika memelihara kaum fakir miskin merupakan tugas negara sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945.
Oleh karena itu, lanjut dokter Tirta, penyelenggara negara layaknya Dedi Mulyadi tidak seharusnya abai terhadap kaum fakir miskin.

"Soal urusan negara terhadap fakir miskin dan anaknya itu kalo nggak salah diatur pada UUD Pasal 34," ujar dokter Tirta.
Menurut dokter Tirta, kebijakan vasektomi tidak bisa sembarang diterapkan. Dia menilai sosialisasi program keluarga berencana (KB) juga belum efektif.
"Bagiku, vasektomi ini nggak bisa dipaksakan, harus atas dasar kesadaran. Simplenya gini, edukasikan saja mengenai penggunaan kondom," kata dokter Tirta.
Sebagai orang lapangan, lanjut suami Nisa An Nashr, stigma buruk soal program KB masih tersiar dan dianut oleh masyarakat.
Baca Juga: Mitos atau Fakta: Cuci Muka Saat Cuaca Panas Menyebabkan Jerawat? Ini Penjelasan Dokter
"Kalo kondom aja belum efektif, apalagi ngarep vasektomi, mas. Berpikirnya 'udah nikah kok HS nggak kondom, nggak well bos'," tutur dokter Tirta.
Mantan suami Medisca Rhoza tersebut menekankan urgensi edukasi program KB alih-alih langsung menerapkan kebijakan vasektomi secara serentak.
"Kalau rokok ini lebih mudah edukasinya jika dibandingkan 'keluarga berencana'," ucap dokter Tirta, ditilik dari akun @tirta_cipeng pada Minggu, 4 Mei 2025.
Di samping itu, pemilik nama asli Tirta Mandira Hudhi tersebut juga menerangkan dari segi medis alasan demografi tinggi di kalangan kaum fakir miskin.
"Nah soal kenapa banyak orang yang finansialnya terbatas anaknya banyak, ya karena mereka anggep seks sebagai hiburan," sambung dokter Tirta.
Perihal itu, sejumlah netizen turut memberikan respons dan komentar yang beragam. Sebagian netizen tampak sependapat dengan opini dokter Tirta.

"Cara mikir bahwa 'kemiskinan karena banyak anak' aja salah. Kebanyakan dari mereka udah miskin dari sebelum ada anak," tulis seorang netizen.
"Bukan karena pola pikir, dok. Kata orang-orang, mereka miskin karena malas aja dok, kerjaannya bikin anak terus," tutur netizen lain.
"Yang kasihan itu anaknya, harus nerima keadaan. Di sisi lain juga harus mengubah keadaan," kata netizen yang lainnya.
Untuk informasi tambahan, Dedi Mulyadi mengajukan kebijakan vasektomi sebagai syarat penerima bansos di wilayahnya.
Dedi Mulyadi mengusulkan, warga Jawa Barat yang bersedia melakukan vasektomi akan diberi insentif sebesar Rp500 ribu.
Pada Selasa, 29 April 2025, Dedi Mulyadi mengutarakan keluhan kerap dimintai tolong sejumlah warga untuk menanggung biaya lahiran.
"Lahiran itu enggak tanggung-tanggung loh Rp 25 juta, Rp 15 juta karena rata-rata caesar dan itu rata-rata anak keempat, anak kelima," ujar Dedi Mulyadi.
Menurut Dedi Mulyadi, warga tersebut tidak bertanggung jawab atas kehamilan, kelahiran, dan pendidikan anak-anaknya.
"Nah, kalau orang tidak punya kemampuan untuk membiayai kelahiran, membiayai kehamilan, membiayai pendidikan, ya jangan dulu ingin menjadi orang tua dong," sambung Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi menambahkan, anak-anak yang lahir dari keluarga pra sejahtera cenderung akan miskin di masa depan.
"Karena hari ini kan yang cenderung anaknya banyak tuh cenderung miskin," ucap Dedi Mulyadi.