Suara.com - Netflix kembali membuat gebrakan dengan merilis Lost in Starlight, film animasi Korea Selatan pertama yang menjadi proyek orisinal mereka.
Lost in Starlight mengusung genre romansa dengan balutan fiksi ilmiah dan gaya penceritaan khas K-Drama.
Film yang mengambil latar Seoul di tahun 2050 ini disutradarai oleh Han Ji Won (The Summer) dengan naskah yang ditulis bersama Kang Hyun Joo (The Scarlet Letter).
Para pengisi suaranya adalah Kim Tae Ri dan Hong Kyung yang sebelumnya pernah bekerja sama dalam drama Revenant.
Dengan sentuhan retro-futuristik dan elemen visual yang indah, Lost in Starlight tidak hanya menjanjikan kisah yang mengharukan, tapi juga pengalaman sinematik yang memanjakan mata.
Kisah Cinta Lintas Galaksi Nan Young dan Jay

Cerita Lost in Starlight berpusat pada dua tokoh utama, yakni Nan Young (Kim Tae Ri) dan Jay (Hong Kyung).
Nan Young adalah seorang astronot yang tumbuh dengan mimpi besar untuk menjelajahi luar angkasa.
Dia mengikuti jejak ibunya yang merupakan astronot Korea pertama yang hilang saat misi ke Mars.
Baca Juga: Tayang 2026, Bridgerton 4 Konfirmasi Lanjut hingga Season 5 dan 6
Jay merupakan seorang musisi yang menjalani hidup sederhana dengan bekerja di toko perbaikan peralatan audio vintage, setelah memendam cita-citanya dalam dunia musik.
Kisah cinta mereka dimulai saat Nan Young membawa pemutar piringan hitam milik mendiang ibunya untuk diperbaiki di toko Jay.
Dari pertemuan itu, tumbuhlah hubungan yang mendalam antara keduanya. Namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama.
Ketika Nan Young secara tiba-tiba dipanggil untuk menjalani misi ke Mars, mereka harus menghadapi kenyataan pahit, perpisahan yang panjang dan tak pasti.
Film ini menggambarkan pertanyaan yang timeless. bisakah cinta bertahan meski dipisahkan oleh ruang dan waktu?
Lost in Starlight siap mengeksplorasi tema tentang kehilangan, harapan, dan keberanian untuk mengejar impian, meski harus mengorbankan hal paling berharga.
Kenapa Harus Nonton Lost in Starlight?

Dibandingkan dengan karya-karya besar dari Jepang seperti Your Name dan Suzume karya Makoto Shinkai, Lost in Starlight menawarkan gaya animasi yang memukau dan penuh warna.
Penonton akan disuguhkan pemandangan masa depan Seoul yang indah namun tetap terasa akrab.
Misalnya, penampakan Sewoon Plaza dan jembatan bawah laut yang dimodifikasi menjadi bagian dari dunia tahun 2050.
Bagi pecinta K-Drama, film ini membawa semua elemen yang dicintai, mulai dari hubungan yang penuh emosi, karakter yang kompleks, dan dilema hidup yang nyata.
Meskipun berlatarkan masa depan, konflik yang dihadapi oleh tokoh-tokohnya terasa sangat manusiawi dan relevan.
Sebelum dirilis, Lost in Starlight sudah mendapat pengakuan dari sutradara kelas dunia Bong Joon Ho (Parasite, Mickey 17).
Dia menyebut film ini sebagai "mahakarya visual yang membawamu mengelilingi semesta."
Pengakuan dari sutradara sekelas Bong Joon Ho menjadi jaminan kualitas bahwa Lost in Starlight layak menjadi salah satu tontonan animasi terbaik tahun ini.
Dengan Jay sebagai musisi dan kehadiran perangkat audio vintage seperti piringan hitam dan pemutar kaset, musik memainkan peran sentral dalam menyampaikan emosi dalam cerita.
Musik menjadi simbol dari kenangan, cinta, dan harapan yang melintasi jarak antara Bumi dan Mars.
Tak hanya menghadirkan kisah cinta, Lost in Starlight juga mengajak penonton merenungkan bagaimana seseorang memilih jalannya sendiri meski harus berpisah dari orang yang dicintainya.
Ini bukan sekadar film romansa, tapi juga perjalanan batin tentang bagaimana kita mempertahankan semangat dalam menghadapi kehilangan.
Lost in Starlight bukan hanya tonggak baru bagi industri animasi Korea Selatan, tetapi juga film yang mampu menyentuh hati siapa pun yang pernah merasakan cinta dan kehilangan.
Jangan lewatkan penayangan perdananya di Netflix pada 30 Mei 2025 mendatang!
Kontributor : Chusnul Chotimah