Suara.com - Film animasi Jumbo benar-benar mendapat sorotan buntut keberhasilannya jadi karya layar lebar Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak.
Menurut data yang disajikan pada Rabu, 4 Juni 2025 kemarin, film Jumbo sudah disaksikan 10.088.425 penonton, dan diharapkan dapat melibas pencapaian Avengers: Endgame yang sejak 2019 belum terpecahkan rekornya di Indonesia.
Dukungan besar untuk membuat film Jumbo melampaui rekor Avengers: Endgame pun mendapat respons positif dari sesama sineas Tanah Air.
Salah satu contohnya seperti Timo Tjahjanto, yang menyatakan siap mendukung gerakan itu dengan menyewa satu bioskop untuk menonton film Jumbo.
"Bisa, ayo! Gue book deh satu theatre," tulis Timo di unggahan akun X pribadinya.
Namun, memang tidak semua orang mendukung gerakan membawa Jumbo jadi film terlaris di Indonesia.
Tampak dalam unggahan Timo Tjahjanto, ada seorang pengguna X yang mencibir pencapaian film Jumbo karena memakai cara seperti itu.
"Jadi, #1 bukan karena kualitas, tapi karena kampanye. Nggak ada organik-organiknya," kata akun @fedezoku.
Oleh Timo Tjahjanto, kritik terhadap upayanya ikut mensukseskan film Jumbo direspons dengan tulisan yang tidak kalah menohok.
Baca Juga: Setelah 14 Tahun, Ryan Adriandhy Bikin Ernest Prakasa Jadi Juara Tiga Lagi
"Yang keluar duit gue, kemauan gue sendiri, gue yang doyan filmnya, gue yang pengin anak-anak secara komunitas, yang sewot siapa? Aneh," cibir Timo dalam unggahan berikutnya.

Benar saja, balasan Timo Tjahjanto terhadap pengkritik mereka yang ingin ikut mensukseskan film Jumbo pun mendapat dukungan banyak pihak.
Mereka sepakat bahwa sukses atau tidaknya penayangan sebuah film memang tergantung seberapa efektif media promosinya bekerja.
"Dia nggak tahu namanya campaign marketing. Dikira film hanya bisa sukses dari jalur 'filmnya bagus'. Nyatanya, banyak 'film bagus' nggak sukses atau bahkan gagal balik modal gara-gara mereka gagal strategi marketing," tutur salah satu pengguna X.
"Gini nih, penghambat perfilman Indonesia. Jadi nggak bisa maju, stuck gitu-gitu aja kalau asal ngritik kayak gini. Gue inget banget, dulu ada yang ngata-ngatain film The Raid, katanya cuma film bacok-bacokan nggak ada moral," timpal yang lain.
Film Jumbo sendiri bercerita tentang Don, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang sering diejek karena tubuhnya yang gempal, sehingga dijuluki 'Jumbo' oleh teman-temannya.
Dikisahkan dalam alur cerita, Don menemukan sebuah buku dongeng berjudul Pulau Gelembung yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Berbekal buku tersebut, Don bertekad untuk mementaskan sebuah pertunjukan seni yang terinspirasi dari cerita di dalamnya, sebagai upaya membuktikan kemampuannya dan mengenang orang tuanya.
Sejak tayang di bioskop pada 31 Maret 2025, film Jumbo memang mendapat banyak respons positif karena punya alur cerita yang menyentuh dan ditampilkan dalam bentuk animasi yang berkualitas tinggi.
Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya bahkan menyebut penayangan film Jumbo mendapat dukungan penuh Presiden Prabowo Subianto untuk kemajuan industri animasi Tanah Air.
Ryan Adriandhy pun sempat berencana menyiapkan perilisan versi Directors Cut dari film Jumbo dengan durasi 114 menit, kalau karyanya sukses di bioskop.
![Sutradara film Jumbo, Ryan Adriandhy [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/02/40338-sutradara-film-jumbo-ryan-adriandhy.jpg)
"Kalau ini berhasil gitu ya, amin, boleh dong, gue pengin ngeluarin Jumbo Directors Cut," tutur Ryan.
Ryan Adriandhy terinspirasi dari langkah sutradara Angga Dwimas Sasongko yang pernah merilis film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) versi Directors Cut.
"Mas Angga kan kemarin ngerilis NKCTHI tuh, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Habis itu filmnya box office, terus Mas Angga ngeluarin versi Directors Cut," jelas Ryan.
Meski rencana Ryan Adriandhy merilis versi Jumbo lain tidak terealisasi, nyatanya karya impian masa kecil sang komika tetap mengangkasa.
Per 1 Juni 2025, Jumbo resmi menggeser posisi KKN di Desa Penari sebagai film Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak di bioskop.