Suara.com - Kepergian Ustaz Yahya Waloni pada Jumat, 6 Juni 2025, menjadi kabar duka bagi dunia dakwah di Indonesia.
Ustaz Yahya meninggal dunia saat sedang menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Darul Falah, Makassar.
Semasa hidupnya, beliau dikenal sebagai sosok pendakwah dengan gaya ceramah lantang dan penuh semangat.
Di balik ketokohan beliau, ada sosok perempuan luar biasa yang selama ini setia mendampingi dalam setiap langkah kehidupan dan perjuangan dakwahnya.
Sosok tersebut tak lain adalah sang istri, yang diketahui bernama Mutmainah.

Perjalanan Spiritual Bersama
Mutmainah bukan hanya istri dari Ustaz Yahya Waloni, tetapi juga sahabat seperjalanan dalam pencarian spiritual.
Sama seperti sang suami, dia adalah seorang mualaf. Sebelum memeluk Islam, namanya adalah Lusiana.
Pada 2006, Mutmainah mengambil keputusan besar dalam hidupnya, mengikuti jejak sang suami memeluk agama Islam.
Baca Juga: Kisah Mualaf Ustaz Yahya Waloni, Bertemu Penjual Ikan yang Tak Bisa Dilihat Semua Orang
Momen itu tidak hanya menjadi titik balik dalam kehidupan pribadi Mutmainah, tetapi juga menandai komitmen mendalam jalan hidup baru yang mereka pilih bersama.
Setelah memeluk Islam, Lusiana mengganti namanya menjadi Mutmainah, yang berarti "jiwa yang tenang."
Nama tersebut mencerminkan keteguhan hati dan ketenangan batin yang dia miliki dalam menjalani peran barunya.
Bukan hanya dia sendiri yang memeluk Islam, ketiga anak mereka pun turut menjalani proses yang sama.
Anak sulung mereka diketahui Nur Hidayah, diikuti oleh Siti Sara dan sang putra bungsu, Zakaria.
Transformasi keluarga ini menjadi cerminan kuat bagaimana iman dan cinta dapat membawa perubahan yang mendalam dan bermakna.
Setia Hingga Hembusan Napas Terakhir
Sebelum meninggal dunia, Ustaz Yahya Waloni sempat menyampaikan dua khutbah perayaan Idul Adha. Pertama di pagi hari dan yang kedua saat salat Jumat.
Bersama Mutmainah, beliau menginap di Hotel Prima Makassar, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan dakwahnya di kota tersebut.
Saat menyampaikan khutbah kedua di Masjid Darul Falah, Ustaz Yahya Waloni terlihat masih penuh semangat.
Beliau mengingatkan jamaah tentang pentingnya tauhid dan mengambil pelajaran dari ujian keimanan Nabi Ibrahim AS.
Namun, takdir berkata lain. Di tengah khutbah, beliau tiba-tiba memegang dada dan ambruk di mimbar, sesaat sebelum menutup khutbah dengan doa.
Sejumlah saksi mata, termasuk Harfan Jaya Sakti dan Prof. Dr. Syahruddin Usman, menjadi saksi peristiwa tersebut.
Meski sempat dilarikan ke rumah sakit, Ustaz Yahya Waloni dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 14.00 WITA.
Di antara kerumunan jemaah yang berduka, tampak Mutmainah menangis pilu.
Dia dipapah oleh jemaah wanita lain, mencoba tetap tegar meski hatinya hancur oleh kehilangan.
Mutmainah bukan hanya seorang istri dalam pengertian konvensional. Dia adalah rekan seperjuangan yang menempuh jalan hijrah bersama Ustaz Yahya Waloni.
Sejak sang suami memutuskan meninggalkan latar belakangnya sebagai pemuka Kristen dan mendalami Islam, Mutmainah selalu ada di sisi, mendukung tanpa syarat.
Perjalanan Spiritual Ustaz Yahya Waloni
Perjalanan spiritual Ustaz Yahya Waloni sendiri sangat unik. Beliau terlahir sebagai Yahya Yopie Waloni di Manado dari keluarga Kristen yang taat.
Ustaz Yahya bahkan sempat menjadi Ketua Sekolah Tinggi Theologia di Sorong dan dosen di Universitas Balikpapan.
Namun pada 2006, beliau menjalani proses pencarian iman yang mendalam, membimbingnya ke jalan menuju Allah SWT.
Ustaz Yahya akhirnya mengucapkan syahadat di Tolitoli dan mendedikasikan hidupnya untuk dakwah Islam.
Kini, setelah kepergian sang suami, Mutmainah mewarisi kisah luar biasa tentang cinta, keimanan, dan kesetiaan yang akan dikenang.
Kontributor : Chusnul Chotimah