Suara.com - Industri film horor Indonesia kembali menunjukkan tajinya di panggung global.
Film terbaru yang sangat diantisipasi, Pernikahan Arwah (The Butterfly House) secara resmi mengumumkan jadwal tayang perdananya di platform streaming raksasa, Netflix mulai 3 Juli 2025.
Langkah strategis ini akan membuka gerbang bagi jutaan penonton di seluruh Indonesia untuk merasakan teror yang berakar dari tradisi Tionghoa yang jarang diangkat ke layar lebar.
Tidak berhenti di ranah digital, film produksi Entelekey Media Indonesia dan Relate Films ini juga mengukir prestasi gemilang dengan menembus distribusi bioskop di 36 negara.
![Salah satu adegan di film Pernikahan Arwah. [Entelekey Media Indonesia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/24/87546-film-pernikahan-arwah.jpg)
Jangkauannya yang masif mencakup wilayah Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Karibia (termasuk Argentina, Bolivia, Brazil, Chile, dan Kolombia), hingga negara-negara di Asia Tenggara dan Asia Timur seperti Vietnam, Malaysia, dan Taiwan.
Bahkan, penonton di Kanada dan Amerika Serikat juga akan dapat menyaksikan kengerian film ini di layar perak.
Disutradarai oleh Paul Agusta, seorang sutradara yang dikenal dengan visi artistiknya yang kuat, Pernikahan Arwah (The Butterfly House) tidak hanya menawarkan jumpscare semata.
Film ini menggali lebih dalam ke inti tradisi pernikahan arwah dalam kebudayaan Tionghoa, sebuah ritual sakral yang bertujuan menenangkan jiwa individu yang meninggal dunia sebelum sempat melangsungkan pernikahan.
Tradisi inilah yang menjadi pusat dari mimpi buruk yang akan dihadapi oleh para karakternya.
Baca Juga: Best Seller di Indonesia dan Malaysia, Novel 'Ayah, Ini Arahnya ke Mana, Ya?' Bakal Dibuat Film
![Salah satu adegan di film Pernikahan Arwah. [Entelekey Media Indonesia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/24/73011-film-pernikahan-arwah.jpg)
Kisah film berpusat pada pasangan muda yang tengah dimabuk asmara, Salim (diperankan oleh Morgan Oey) dan Tasya (Zulfa Maharani).
Rencana mereka untuk mengabadikan momen bahagia melalui sesi foto pre-wedding berubah menjadi malapetaka saat mereka terpaksa melakukannya di rumah keluarga Salim yang kuno dan penuh rahasia.
Keputusan ini diambil setelah bibi Salim, satu-satunya kerabat sedarah yang ia miliki, meninggal dunia secara mendadak.
Di rumah tersebut, Salim tidak hanya harus mengurus prosesi pemakaman. Ia dihadapkan pada warisan leluhur yang mengerikan: sebuah kewajiban untuk melanjutkan ritual membakar dupa setiap hari di sebuah altar misterius.
Jika ritual ini diabaikan, nyawanya akan menjadi taruhannya. Kehadiran Salim, Tasya, dan seluruh tim foto pre-wedding di rumah itu ternyata membangkitkan arwah leluhur Salim yang meninggal secara tragis di masa pendudukan Jepang, memulai serangkaian teror yang tak terbayangkan.
Tasya, didorong oleh rasa cinta dan keinginan untuk melindungi calon suaminya, tergerak untuk membongkar misteri kelam yang menyelimuti silsilah keluarga Salim.
Ia harus berpacu dengan waktu untuk menenangkan arwah pendendam tersebut, sekaligus membebaskan Salim dari ikatan ritual yang mengancam masa depan mereka.