Suara.com - Tragedi yang menimpa pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, menyisakan duka mendalam bagi komunitas pendaki.
Di tengah sorotan publik, aktris senior Ira Wibowo menyampaikan apresiasi dan pembelaan untuk tim penyelamat gabungan yang telah berjuang keras mengevakuasi jasad korban dari medan yang ekstrem.
Saat ditemui di sela-sela kesibukannya di kawasan Tendean, Jakarta, pada Senin, 30 Juni 2025, Ira Wibowo mengaku memiliki kenangan pribadi di gunung yang menjadi ikon NTB tersebut.
Melihat foto-foto lokasi kejadian, ia merasa pernah mengabadikan momen di titik yang tak jauh dari sana.
"Kalau persisnya, aku lupa di mana. Tapi kalau lihat pohonnya itu, aku kayak sempet ada foto juga di situ deh," ujar Ira Wibowo dengan raut wajah prihatin.
Kedekatan emosional itu membuatnya turut merasakan keprihatinan mendalam atas musibah yang terjadi.
![Juliana Marins. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/26/54189-juliana-marins.jpg)
Menurut Ira, setiap pendakian gunung, di mana pun lokasinya, selalu dibayangi oleh risiko yang tak terduga.
"Ya, aku ikut prihatin juga dengan adanya kejadian itu. Sebenernya, mau di mana pun, bukan cuma Rinjani, risiko naik gunung itu pasti ada. Kita cuma bisa membuat risiko itu jadi minimal," katanya.
Namun di sisi lain, perhatian Ira Wibowo juga tertuju pada kritik tajam terhadap tim penyelamat di area Gunung Rinjani, yang dianggap lambat dalam bertugas sehingga nyawa Juliana Marins tidak tertolong.
Baca Juga: 7 Fakta Korupsi Kepala Basarnas, Disorot Pasca Evakuasi Juliana Marins di Gunung Rinjani
Pujian setinggi-tingginya ia berikan kepada para pahlawan kemanusiaan yang mempertaruhkan nyawa dalam operasi evakuasi tersebut.
Bagi sang aktris, apa yang telah dilakukan tim SAR adalah upaya terbaik di tengah kondisi alam yang tak kenal kompromi.
"Ya menurut aku, apa yang mereka lakukan di sana udah maksimal dari apa yang mereka bisa lakukan. Lihat kan kondisi alamnya di sana seperti apa?" tanya Ira.
Di mata Ira Wibowo, masyarakat umum sering kali tidak memahami kompleksitas operasi penyelamatan di gunung.
"Yang tahu lambat nggaknya proses penyelamatan, itu hanya yang di lapangan ya. Cuma, kita juga nggak bisa bilang ini lambat atau nggak penanganannya," katanya.
Sebagai orang yang sering mendaki, Ira Wibowo tahu betul berbagai faktor yang harus menjadi pertimbangan utama tim penyelamat di lapangan sebelum bertugas.
"Faktornya kan banyak banget. Ada faktor cuaca, ada faktor keamanan dari tim rescue itu sendiri. Kan itu juga sangat penting," jelasnya.
"Jangan sampai, belum tentu bisa menyelamatkan korban, malah jadi nambah korban lagi," lanjut Ira.
Ia pun menyayangkan budaya berkomentar tanpa didasari fakta, yang kini marak terjadi di dunia maya.
"Ya itu lah sifat media sosial, yang dulu mungkin banyak hal cuma kita pikirin dalam hati, sekarang semua bisa ditumpahkan. Jadi kadang hal-hal yang harusnya belum siap ditumpahkan, belum diolah lagi dengan fakta, udah asal main ngomong aja," keluh Ira.
![Ira Wibowo melayat ke Rumah Duka Sentosa, RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat tempat Ray Sahetapy disemayamkan pada Rabu (2/4/2025) [Suara.com/Tiara Rosana].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/03/13524-ira-wibowo-berduka-atas-meninggalnya-ray-sahetapy.jpg)
Kronologi Jatuhnya Pendaki Asal Brasil
Insiden nahas yang menimpa Juliana Marins (32) terjadi sekitar dua pekan sebelumnya.
Berdasarkan laporan tim Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dan Basarnas, Juliana bersama beberapa rekannya melakukan pendakian melalui jalur Sembalun.
Pada Jumat, 20 Juni 2025, saat berada di jalur menuju puncak, tepatnya di area sekitar tanjakan sebelum Plawangan Sembalun yang dikenal memiliki medan curam dan berbatu, Juliana diduga tergelincir saat mencoba mencari spot untuk berfoto.
Upaya evakuasi sebenarnya sudah diinisiasi oleh tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNGR, TNI, Polri, dan para pemandu lokal. Namun, prosesnya menghadapi kendala luar biasa.
Juliana Marins disebut jatuh ke jurang sedalam 600 meter, yang area sekelilingnya diselimuti kabut tebal dan bisa mengancam keselamatan tim evakuasi sendiri.