Suara.com - Ahmad Dhani baru saja mengunggah postingan buat Fadli Zon. Isinya, mengajari Menteri Kebudayaan cara menulis sejarah.
Ahmad Dhani menuliskan postingan dengan tulisan merah putih. Judulnya, "To Fadli Zon" dalam postingan di Jumat, 4 Juli 2025.
Di bawahnya, Ahmad Dhani mengatakan kepada Fadli Zon, menulis sejarah setidaknya membutuhkan tiga sumber berdasarkan riset.
"Dokumen (dari instansi kredible), artefak dan media cetak nasional (bukan dari YouTube, Blog, Twitter, IG, TikTok dan bukan juga dari media gosip," papar Ahmad Dhani.
Sejumlah poin riset tersebut adalah penting menurut Ahmad Dhani.
"Bukan berdasarkan katanya-katanya, konon dan pernyataan sepihak," katanya.
Ahmad Dhani pun memperingatkan Fadli Zon soal peran negara. Salah satunya adalah untuk mencerdaskan anak bangsa.
"Negara punya kewajiban mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Perlu diingat, rata-rata IQ 78 sulit membaca kata, kalimat apalagi diksi," tutur musisi yang kini duduk sebagai anggota DPR tersebut.
Di kolom caption, Ahmad Dhani kembali mengingatkan kalau menulis sejarah tidak boleh menggunakan perasaan dan sentimen seseorang.
Baca Juga: Kedekatan Irwan Mussry dan Ayah Maia Estianty Bikin Adem, Ahmad Dhani Kena Sentil
Warganet memberikan komentar beragam buat Ahmad Dhani. Banyak diantaranya yang memberikan apresiasi.
Di mana mereka tahu Ahmad Dhani dan Fadli Zon berada di satu partai yang sama, Gerindra. Namun pentolan Dewa 19 itu tak takut menyuarakan aspirasi yang mungkin menjadi unek-unek masyarakat.
"Respect buat Dhani, meskipun rekan sejawat, tetap konsisten menyuarakan kebenaran, kata @tan******.
"Nah gitu pakde, nggak pandang lawan dan kawan," ucap @nov******.
"History sedang bergeser ke his-story," timpal @fau*****.
"Baca nih Jon,'" sahut @amar***** yang ikut menyematkan akun Fadli Zon.
Nama Fadli Zon memang jadi perbincangan belakang ini. Sebab ia menyatakan kalau pemerkosaan di 1998 tersebut adalah hoaks.
Hal ini menimbulkan protes, terlebih mereka yang menjadi saksi dan korban kekejaman pemerkosaan massal yang terjadi di era reformasi tersebut.
Seorang aktivis sekaligus Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) di era kerusuhan 98, Ita Fatia Nadia buka suara. Ia merupakan pendamping salah satu korban pemerkosaan termuda yakni 11 tahun.
"Statement saya adalah bahwa Fadli Zon telah membohongi publik, berdusta kepada publik dan perempuan Indonesia. Fadli Zon juga telah melakukan pembohongan fakta sejarah," kata Ita Fatia Nadia.
Kekinian, Fadli Zon merevisi ucapannya. Ia mengatakan percaya adanya pemerkosaan massal yang terjadi di tahun 1998.
"Dapat kami sampaikan statement bapak pada beberapa waktu yang lalu cukup melukai kami semua, terutama kami aktivis perempuan," kata Mercy.
'"Kerusuhan Mei itu kan suatu kerusuhan yang telah menimbulkan banyak korban. korban jiwa korban harta termasuk perkosaan. nah dan juga kita mengutuk," kata Fadli Zon.
"88Jadi kalau kemudian Bapak mempertanyakan kasus perkosaan dan masal dan seterusnya, ini cukup-cukup amat sangat melukai kami, Pak. Cukup amat sangat melukai kami," ujarnya.