Setiap gerakan yang dilakukan oleh Tukang Tari seperti Dikha memiliki arti spesifik yang menentukan jalannya perlombaan.
Saat ia duduk dengan tenang, itu adalah sinyal bahwa posisi perahu masih seimbang atau beriringan dengan lawan.
Jika ia berdiri dan menari menghadap ke belakang, ia sedang menyuntikkan semangat agar para pendayung mengerahkan tenaga lebih besar.
Ketika Tukang Tari berdiri gagah menghadap ke depan, itu adalah pertanda kemenangan yang sudah di depan mata atau timnya sedang memimpin balapan.
Salah satu aksi paling dramatis adalah ketika ia melompat ke sungai sesaat sebelum garis finis.
Aksi ini bukanlah kecelakaan, melainkan strategi pamungkas untuk mengurangi beban perahu dan menambah kecepatan sepersekian detik yang berharga.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyebut fenomena ini sebagai cara unik untuk mempromosikan tradisi dan berencana mengusulkan Pacu Jalur sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO.
![Anak coki Pacu Jalur Kuansing. [wonderfulimages.kemenparekraf.go.id]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/05/76221-aura-farming-pacu-jalur-kuansing.jpg)
Berkat aksinya, Rayyan Arkan Dikha bahkan dinobatkan menjadi duta pariwisata, membuktikan bahwa seorang anak kecil mampu menjadi agen promosi budaya yang efektif.
Kisah Dikha dan tarian "aura farming" adalah cerminan indah tentang bagaimana tradisi dapat beradaptasi dan menemukan audiens baru.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Penginapan untuk Nonton Pacu Jalur Riau
Ini adalah pengingat bahwa di balik setiap tren viral, sering kali terdapat cerita, makna, dan kekayaan budaya yang menunggu untuk ditemukan.
Dari sungai di Kuantan Singingi, sang "Angel" Pacu Jalur telah berhasil memancarkan auranya ke seluruh dunia.