Suara.com - Kematian diplomat Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan menggegerkan publik setelah jasadnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan di sebuah kamar kos kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 8 Juli 2025.
Pengusutan kasus kematian misterius sang diplomat muda pun hingga kini masih berlangsung. Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto meminta waktu seminggu untuk menuntaskan penyelidikan.
Hingga kini penyebab kematiannya pun masih gelap. Sejumlah asumsi mengemuka mulai dari dugaan bunuh diri sampai dugaan pembunuhan.
Di tengah penyelidikan yang sedang berjalan, muncul sejumlah hal yang paling disorot oleh publik. Apa saja? Simak ulasannya.
1. Penggunaan Lakban

Haniva Hasna, Kriminolog UI blak-blakan menyebut jika kasus kematian Arya Daru lebih condong ke arah pembunuhan dari pada upaya bunuh diri.
Alasannya, yakni karena penggunaan lakban yang sangat jarang digunakan dalam kasus-kasus bunuh diri.
"Sangat memungkinkan bahwa ini adalah kasus pembunuhan, karena kita kan perlu melihat ya seberapa ketat dia melilitkan lakban ini, diawali dari mana dulu apakah dari kening apakah dari leher apakah dari dagu," katanya
Menurutnya, Arya Daru bakal meggunakan cara sangat cepat bila ia benar-benar ingin mengakhiri hidupnya.
Baca Juga: Rekaman CCTV Ungkap Fakta Baru Kematian Diplomat Kemlu: Penjaga Kos Sempat Mengintip Kamar Korban
"Kalau lakban dia harus menggunakan peralatan yang lebih lama dia kehilangan nyawanya dan membutuhkan keterampilan khusus," bebernya.
Sehingga, Havina Hasna melihat ada dua kemungkinan dalam kasus penggunaan lakban pada jasad Arya. Kemungkinan pertama yakni upaya untuk membungkam agar korban tidak berteriak. Kemungkinan kedua, kondisi di mana korban sudah terbunuh, namun ada orang lain yang pura-pura merekayasa pembunuhan ini seolah-olah menjadi upaya bunuh diri.
2. Handphone Arya Daru Pangayunan

Selain kejanggalan penggunaan lakban, Haniva Hasna turut menyoroti handphone atau ponsel korban. Haniva Hasna mengingatkan pihak kepolisian jika ponselnya tidak bisa dibuka atau data di dalamnya sudah terhapus.
Havina mengungkap jika perlu dicurigai kemungkinan adanya intervensi pihak lain.
"Kita harus curiga, apakah di ponselnya ternyata sudah terhapus semua? Berarti kalau sudah terhapus semua, berarti semakin meyakinkan kalau ada pihak lain," papar Haniva.
"Dan kalau hal itu terjadi, ini bisa merupakan rekayasa," sambungnya lagi.
Menurut Haniva, barang bukti berupa handphone milik korban bisa menjadi informasi yang sangat penting untuk mengembangkan penyelidikan.
"Ponsel itu kan (benda) yang paling dekat jaraknya (dengan ADP)," tandasnya.
3. Penjaga Kos Mondar-mandir

Dalam rekaman CCTV yang terekam pada Senin, 7 Juli 2025 pukul 23.23 WIB, Daru terlihat masuk ke dalam kos. Ia tampak mengenakan kemeja lengan pendek dan celana panjang.
Satu menit setelahnya, pada pukul 23.24 WIB, Daru keluar kamar sambil membawa kantong plastik. Ia berjalan ke arah pojok, lalu keluar pagar. Pukul 23.25 WIB, Daru kembali masuk ke kamarnya.
Setelah itu, Daru tidak terlihat lagi keluar kamar hingga ditemukan tewas pada Selasa pagi. Tidak ada aktivitas aneh ataupun sosok orang selain Daru dalam rekaman yang menampilkan datangnya korban hingga kembali masuk kamar.
Satu jam berselang setelah Daru masuk, penjaga kos terlihat mondar-mandir di depan kamar kos korban. Tak hanya sekali, pada pukul 05.02 WIB, penjaga kos kembali terlihat mondar-mandir di depan kamar Daru sambil membawa sapu.
Adapun kedatangan penjaga kos pada pukul 05.02 WIB, sebab istri Daru meminta bantuan untuk mengecek kondisi sang suami.
"Istrinya minta penjaga kos ngecek karena HP suaminya mati," ungkap Kombes Ade Ary.
4. Kejanggalan CCTV

Arah CCTV yang memperlihatkan area depan kamar kos Arya Daru Pangayunan disebut bergeser.
Pada rekaman yang memperlihatkan Daru keluar-masuk kamar pada Senin malam, CCTV tidak mengarah ke pintu dan jendela kos korban.
Namun, dalam rekaman CCTV lainnya yang menunjukkan penjaga kos dan rekannya mendatangi kamar Daru pada Selasa pagi, kamera jelas menyorot ke arah pintu dan jendela kamar korban.
Terkait bergesernya arah CCTV itu, Kombes Ade Ary mengatakan pihaknya masih melakukan pendalaman.
"TKP itu ada perimeternya juga. Untuk membuat peristiwa itu menjadi utuh, tentunya akan diurut, nanti dari ringnya diperbesar lagi, sehingga ceritanya menjadi utuh, menjadi sebuah fakta yang tidak terbantahkan," jelas Ade Ary.
Kontributor : Anistya Yustika