Suara.com - Kesuksesan fenomenal film animasi Indonesia, Jumbo, yang berhasil memecahkan rekor sebagai film animasi terlaris di Asia Tenggara, ternyata memicu reaksi negatif yang tak terduga dari sebagian kalangan di Malaysia.
Alih-alih memberi apresiasi, sebuah media dan oknum reviewer dari negeri jiran justru melontarkan hinaan dengan memplesetkan judul Jumbo menjadi 'Jubo', sebuah kata yang memiliki arti sangat kasar dalam bahasa Melayu.
Insiden ini sontak memanaskan hubungan antara netizen kedua negara.
Banyak pihak menuding, tindakan tersebut didasari oleh rasa iri atas dominasi dan kualitas industri perfilman Indonesia yang semakin diakui.
![Potongan gambar media sosial Malaysia yang memplesetkan Jumbo menjadi kata-kata kasar dan seruan memboikot film tersebut. [Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/07/16/84596-malaysia-plesetkan-film-jumbo-karena-iri.jpg)
Kecemburuan ini diduga berakar dari kegagalan film-film Malaysia untuk bersaing di pasar Indonesia.
Salah satu contoh paling telak adalah film aksi Blood Brothers: Bara Naga.
Meski menjadi salah satu film terlaris di negaranya sendiri, film ini dilaporkan "terjun bebas" di bioskop Indonesia, hanya mampu meraup 1.647 penonton.
Angka yang sangat kontras dengan pencapaian Jumbo yang tembus lebih dari 10 juta penonton di tanah air.
Kegagalan ini tampaknya sulit diterima oleh sebagian pihak di Malaysia.
Baca Juga: Filmnya Gagal Total, Malaysia Serukan Boikot Jumbo dan Semua Film Indonesia
![Poster film Blood Brother: Bara Naga. Film asal Malaysia yang meraih box office di negara asalnya itu telah tayang di Indonesia. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/06/12/96812-blood-brother-bara-naga.jpg)
Alih-alih melakukan introspeksi, mereka justru memilih menyalahkan pasar Indonesia dan melampiaskannya pada karya yang sukses.
Sebuah media Malaysia, BuzzPop TV, menjadi sorotan utama setelah merilis konten yang dianggap menghina.
"BuzzPop baru-baru ini membuat netizen Indonesia geram karena telah menghina film animasi terbaik Indonesia yaitu 'Jumbo' dengan memplesetkan namanya menjadi 'Jubo' yang berarti 'lubang pantat' dalam bahasa Melayu," ungkap narasi dalam sebuah video yang dikutip Suara.com, Rabu (16/7/2025).
Tak hanya itu, seorang reviewer Malaysia juga menuai kecaman karena memberikan ulasan negatif terhadap Jumbo dengan gestur merendahkan.
Ia secara eksplisit menyebut selera penonton Indonesia setara dengan "level bocah".
"Kamu level bocah saja. Cah! Bocah!" ujarnya dalam video ulasannya.
Seruan boikot Jumbo
Sikap ini semakin terlihat aneh ketika sebagian netizen Malaysia justru menyerukan aksi boikot terhadap film Jumbo yang tayang di negara mereka.
Sebuah tindakan yang dinilai tidak masuk akal, mengingat film-film Indonesia justru disambut hangat dan secara konsisten mendominasi bioskop-bioskop Malaysia.
Faktanya, pintu untuk film Malaysia tidak pernah tertutup. Namun, para pelaku industri film Malaysia sendiri mengakui adanya ketertinggalan kualitas.
Sutradara Syafiq Yusof, yang karya-karyanya juga sepi penonton di Indonesia, secara jujur mengakui level perfilman Indonesia yang jauh lebih unggul.
"Sejujur-jujurnya, karena film aksi Indonesia itu sudah tinggi sangat kualitasnya. Jadi kita orang, pembikin filem Malaysia, harus berusaha untuk bikin sebaik mungkin," ungkap Syafiq.
Ia mengakui bahwa industri film di Malaysia terbilang kecil, dengan total produksi tahunan kurang dari setengah jumlah film yang dihasilkan Indonesia.