Suara.com - Di tengah kesibukannya sebagai salah satu sineas dan komika paling sukses di Indonesia, layar ponsel Ernest Prakasa mendapatkan pesan yang menarik.
Sebuah pesan singkat masuk, bukan berisi tawaran proyek film atau undangan acara, melainkan sebuah notifikasi yang membuatnya terdiam dan hanya bisa merespons dengan satu kata singkat.
Ungkapan kata hati itu pun langsung viral di media sosial karena respon Ernes Prakasa langsung jadi sorotan. Walau dia menulisnya dengan 3 huruf saja.
"Hah?" tulis Ernest di unggahan capture foto tersebut.
Pesan tersebut, yang mengaku dari Kantor Pos Jakarta Selatan, memberitahukan bahwa namanya terdaftar sebagai penerima Bantuan Subsidi Upah atau BSU tahun 2025 sebesar Rp 600.000.
Sebuah tawaran yang janggal, mengingat status ekonominya yang jelas berada di atas rata-rata.
Bantuan Subsidi Upah atau BSU adalah program pemerintah yang digulirkan sebagai jaring pengaman sosial.
Program ini pertama kali masif dijalankan pada masa pandemi COVID-19 untuk membantu para pekerja atau buruh yang terdampak secara ekonomi. Tujuannya adalah untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah krisis.
BSU secara spesifik menargetkan para pekerja dengan kriteria pendapatan tertentu, biasanya di bawah batas gaji yang ditentukan, misalnya Rp5 juta per bulan dan terdaftar sebagai peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan.
Baca Juga: Bikin Ulah Lagi, Marshel Widianto Didepak dari Proyek Film Ernest Prakasa
Penyalurannya dilakukan melalui bank milik negara atau, bagi yang tidak memiliki rekening tersebut, bisa dicairkan langsung di Kantor Pos.
Program ini adalah bantalan bagi mereka yang paling membutuhkan, bukan untuk kalangan mapan.
Konteks inilah yang membuat pesan yang diterima Ernest terasa begitu absurd.
"Selamat siang kami dari Kantor Pos Jakarta Selatan menyampaikan bahwa nama anda karyawan di penugasan khusus tim dan individu Kementerian Kesehatan menerima BSU tahun 2025 sebesar Rp 600.000," demikian bunyi pesan yang dibagikan peraih juara ketiga Stand Up Comedy Indonesia 2011 itu di akun Instagram-nya.
Oknum pengirim pesan bahkan memberikan instruksi lengkap, meminta Ernest untuk datang ke loket kantor pos terdekat sebelum batas waktu pencairan pada 3 Agustus 2025.

"Abaikan pesan ini kalau sudah menerima BSU," tutup pesan tersebut, seolah-olah ini adalah prosedur standar.
Unggahan Ernest sontak menjadi panggung komedi dadakan sekaligus forum diskusi serius.
Rekan sesama artis, Happy Salma, memberikan komentar dengan melontarkan candaan khasnya yang dipastikan hanya mereka berdua mengerti.
"Ternyata, bukan hanya menjabat sebagai tukang kolam renang saja," tulisnya, memancing tawa pengikut mereka.
Warganet lain pun tak mau ketinggalan meramaikan unggahan lelaki yang kini sukses menjadi produser film tersebut.
"Lumayan koh ambil aja, buat modal bikin film selanjutnya," harap seorang netizen dengan nada bercanda.
Namun, di antara gelak tawa, muncul suara-suara yang menyoroti isu yang lebih dalam. Akurasi dan keadilan data penerima bantuan sosial.
"Lah temenku gaji udah Rp 8 juta aja dapat kok aku yang gajinya di bawah dia malah nggak dapat," keluh seorang warganet, menyuarakan frustrasi banyak orang.

Komentar ini mengubah insiden lucu tersebut menjadi cerminan dari potensi kekacauan data yang sering kali menjadi masalah dalam penyaluran bansos di Indonesia.
Kejadian yang menimpa Ernest Prakasa ini, entah itu sebuah kesalahan sistem yang fatal atau modus penipuan canggih yang mencatut nama instansi resmi, telah membuka kembali kotak pandora perdebatan tentang efektivitas dan ketepatan sasaran program bantuan pemerintah.
Sementara Ernest mungkin hanya akan mengabaikannya, bagi ribuan orang lain, pesan serupa bisa menjadi harapan palsu atau, lebih buruk lagi, gerbang menuju penipuan.