Infografis
- Isu video 7 menit Sahroni dan Nafa Urbach di flashdisk putih hilang adalah hoaks.
- NasDem sebut kabar video 7 menit Sahroni dan Nafa Urbach hanya fitnah.
- Sahroni kehilangan flashdisk putih, tapi isu hoaks video dipelintir.
Suara.com - Isu liar menyeret nama Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach. Sebuah narasi yang viral di media sosial mengklaim ada video 7 menit Sahroni dan Nafa Urbach tersimpan dalam sebuah flashdisk putih yang hilang saat rumah Sahroni dijarah.
Kabar ini pertama kali beredar melalui unggahan kanal YouTube "Twins Trending" dengan judul provokatif: "Viral! Video 7 Menit Ahmad Sahroni & Nafa Urbach dari Flashdisk Putih? Begini Klarifikasinya."
Dari sana, isu berkembang cepat dan dibawa ke platform lain seperti TikTok dan X (dulu Twitter). Namun, setelah ditelusuri, klaim bahwa flashdisk tersebut berisi video skandal adalah berita hoaks.
Pihak Partai NasDem menegaskan bahwa narasi mengenai video 7 menit Sahroni dan Nafa Urbach hanyalah bagian dari kampanye disinformasi yang sengaja diciptakan untuk menyerang nama baik dua kadernya.
Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI, Viktor Bungtilu Laiskodat, bahkan memberikan pernyataan keras.
“Isu tersebut fitnah keji dan merupakan upaya terencana untuk mendiskreditkan kader kami,” tegasnya.
Viktor juga meminta publik untuk tidak terprovokasi oleh informasi yang tidak memiliki dasar dan sumber kredibel.
Pihak NasDem sebelumnya telah mengingatkan bahwa banyak akun palsu dibuat hanya untuk menyebarkan isu menyesatkan. Salah satunya akun X bernama “Sahroni Berdikari” yang memproduksi konten provokatif dan memperkeruh suasana.
Sebelumnya, Sahroni memang mengonfirmasi bahwa salah satu barang yang hilang saat rumahnya dijarah adalah flashdisk putih berisi data penting.
Namun, misteri isi flashdisk itulah yang kemudian dipelintir oleh pihak tak bertanggung jawab untuk menyebarkan isu video 7 menit Sahroni dan Nafa Urbach.
Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi publik bahwa sebuah kejadian nyata seperti penjarahan bisa dengan mudah dieksploitasi untuk menciptakan fitnah dan kampanye disinformasi.
Publik diimbau selalu kritis, tidak mudah percaya, dan tidak ikut menyebarkan isu yang merugikan pihak lain tanpa verifikasi.
