Suara.com - Luvia Band kembali dengan karya terbaru yang siap menyentuh relung hati para penggemar.
Dikenal dengan identitas musikalnya yang kental akan nuansa melankolis dan lirik-lirik puitis, Luvia mempersembahkan single "Buang Garam Di Laut".
Lagu ini sebagai penanda kuat konsistensi mereka dalam menyajikan musik yang romantis, emosional, dan penuh makna.
Single ini bukan hanya sekadar lagu baru, melainkan sebuah gerbang menuju narasi cinta yang lebih dalam.
Diciptakan dan diproduseri oleh tangan dingin Hendy Irvan, "Buang Garam Di Laut" merangkai kisah cinta sepihak yang begitu pilu, namun disajikan dengan keindahan lirik yang lugas dan metaforis.
Inti emosional lagu ini terangkum dalam analogi yang kuat: "Mencintaimu, aku seperti, buang garam di laut…"
Sebuah gambaran yang sempurna untuk perasaan seseorang yang telah mencintai dengan tulus, mengerahkan segala upaya, namun pada akhirnya tidak pernah benar-benar dihargai atau dibalas.
Ini adalah jeritan hati yang akrab bagi banyak orang, menjadikannya sangat relatable dan berpotensi viral di kalangan pecinta musik pop Melayu.
Aransemen musiknya sendiri digarap apik oleh Hendy Irvan bersama Rahman Hakim dan seluruh personel Luvia.
Baca Juga: Bimbim Slank Sentil Tren Musik AI: Gampang Ketahuan, Nggak Kayak Manusia
Mereka berhasil menciptakan harmoni khas pop Melayu yang begitu menghanyutkan.
Kombinasi beat pelan yang mengalir, sentuhan gitar yang mendayu, serta vokal latar Syeliah yang memperkuat rasa getir dan kehilangan, menjadikan setiap nada dalam lagu ini terasa begitu mendalam.
Produksi yang matang ini menunjukkan dedikasi Luvia Band dalam menjaga kualitas musik mereka, sekaligus memberikan pengalaman mendengarkan yang imersif bagi para pendengar.
![Luvia Band rilis lagu baru, "Buang Garam di Laut". [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/18/43904-luvia-band.jpg)
Sentuhan melodi yang khas ini memperkuat posisi Luvia sebagai band pop Melayu modern yang patut diperhitungkan.
Dalam sebuah wawancara eksklusif, Luvia mengungkapkan makna di balik lagu ini.
"Lagu ini tentang menyadari bahwa perjuangan cinta kita sia-sia, dan menerima kenyataan bahwa tidak semua cinta akan dibalas. Tapi dari situ, kita belajar untuk memaafkan dan melangkah," kata Luvia, dalam keterangan resmi.
Pernyataan ini menegaskan bahwa "Buang Garam Di Laut" bukan hanya tentang kesedihan, melainkan juga tentang proses penerimaan dan kekuatan untuk bangkit.
Pesan positif ini menjadi nilai tambah yang membuat lagu ini lebih dari sekadar balada cinta, melainkan sebuah refleksi tentang perjalanan emosional manusia.
Yang membuat "Buang Garam Di Laut" semakin istimewa dan layak mendapat perhatian adalah posisinya dalam benang merah cerita musik Luvia Band.
Meskipun dirilis sebagai single terbaru, lagu ini sejatinya merupakan awal kisah yang kemudian berlanjut pada dua single Luvia sebelumnya, "Lelah dan Kalah" serta "Orang yang Salah".
Konsep narasi berkesinambungan ini adalah langkah cerdas yang jarang ditemukan di industri musik saat ini, menunjukkan kreativitas dan visi jangka panjang Luvia dalam membangun storytelling melalui karya-karya mereka.
Jika "Buang Garam Di Laut" adalah potret awal dari cinta sepihak yang terasa sia-sia, maka "Lelah dan Kalah" menggambarkan keteguhan hati yang tetap mencoba bangkit meski berkali-kali jatuh dalam perjuangan cinta yang sama.
Puncak dari trilogi emosional ini kemudian hadir di "Orang yang Salah", yang mengisahkan klimaks penyesalan pahit karena telah memilih hati yang keliru.
Dengan demikian, ketiga lagu ini membentuk satu rangkaian narasi yang utuh dan kuat: sebuah perjalanan mencintai, berulang kali berharap, hingga akhirnya sampai pada kesadaran pahit dan penerimaan.
Pendekatan ini tidak hanya memperkaya pengalaman mendengarkan, tetapi juga membangun keterikatan emosional yang lebih dalam dengan audiens.
"Buang Garam Di Laut" bukan hanya lagu yang sempurna untuk menemani malam-malam sepi atau saat merenung.
Lebih dari itu, lagu ini menjadi soundtrack yang tepat bagi siapa pun yang sedang mencoba mengikhlaskan, melepaskan, dan memulai babak baru setelah mengalami kekecewaan cinta.
Kemampuan Luvia Band untuk merangkai emosi universal ini ke dalam melodi dan lirik adalah kunci mengapa karya-karya mereka selalu berhasil menyentuh hati dan menjadi teman setia di kala duka.
Lagu ini adalah bagian dari langkah strategis Luvia Band untuk terus memperkuat eksistensinya di jalur pop Melayu modern, membuktikan bahwa genre ini masih memiliki tempat yang kuat di hati pendengar Indonesia.
Konsistensi dalam kualitas, kedalaman lirik, dan inovasi dalam bercerita melalui musik, menjadikan Luvia Band sebagai salah satu pilar penting dalam industri musik Tanah Air yang patut terus diikuti perkembangannya.