-
Seorang anak rantau di Korea Selatan terpukul saat melihat jenazah ibunya untuk pertama kali.
-
Ia bekerja keras membiayai pengobatan ibunya hingga tak sempat menerima kabar kondisi kritis sang ibu.
-
Kisah pilunya menyentuh banyak orang, hingga donasi pemakaman terkumpul dalam waktu kurang dari 24 jam.
Suara.com - Sebuah video singkat namun sarat akan kepiluan viral di media sosial, merekam momen pertama kali seorang anak laki-laki melihat jenazah ibunya terbaring kaku di ruang pendingin sebuah rumah sakit di Korea Selatan.
Di balik kesunyian yang mencekam, terungkap sebuah kisah perjuangan, pengorbanan, dan kesedihan mendalam yang dialami seorang anak rantau yang kini sebatang kara.
Video tersebut memperlihatkan seorang pemuda berpakaian serba hitam, berdiri terpaku di depan sebuah loker pendingin jenazah yang terbuka.
Tatapannya kosong, tubuhnya seolah membeku, menyaksikan petugas mempersiapkan jasad sang ibu yang telah tiada. Momen itu adalah puncak dari sebuah tragedi yang tak pernah ia bayangkan.
Menurut keterangan dalam video, pemuda tersebut adalah anak satu-satunya. Ia menjadi harapan keluarga dan bekerja keras di Korea untuk menafkahi sang ibu.
Bahkan, ketika pihak rumah sakit berulang kali mencoba menghubunginya untuk mengabarkan kondisi kritis ibunya, teleponnya tak terjawab.
Bukan karena cuek, melainkan karena ia tengah sibuk bekerja, bahkan di akhir pekan, demi mengumpulkan uang untuk melunasi biaya pengobatan ibunya.
Dengan tubuh gemetar, ia menjelaskan bahwa seluruh gajinya ia dedikasikan untuk membayar tunggakan rumah sakit.
Ironisnya, di saat ia berjuang sekuat tenaga untuk kesembuhan ibunya, takdir berkata lain. Sang ibu mengembuskan napas terakhirnya saat ia justru sedang bekerja keras untuknya.
Baca Juga: Siapa Yai Mim? Viral Ribut dengan Tetangga sampai Beber Alasan Pura-pura Stroke
Duka yang ia rasakan semakin berat ketika dihadapkan pada biaya pemakaman yang sangat mahal di Korea. Awalnya, ia bersikeras menolak untuk memakamkan ibunya di sana karena kendala finansial.
Terlebih, ada wasiat dari almarhumah yang ingin dimakamkan di tanah kelahirannya, Indonesia.
Hal ini sempat menimbulkan kesalahpahaman, di mana ia mengira jenazah bisa dikremasi terlebih dahulu di Korea, lalu abunya dibawa pulang.

Di tengah kebingungan dan keputusasaan, ia dengan lirih berkata, "Nuna, saya benar-benar nggak ada uang segitu besar buat biaya pemakaman," ungkapnya kepada seseorang yang membantunya, menunjukkan betapa berat beban yang ia pikul seorang diri.
Namun, di tengah kegelapan, secercah cahaya muncul. Kisahnya yang menyentuh hati dengan cepat menyebar luas, menggerakkan solidaritas dari banyak pihak.
Donasi untuk membantu biaya pemakaman ibunya dibuka, dan dalam waktu kurang dari 24 jam, dana yang dibutuhkan berhasil terkumpul.
Video ini tidak hanya menampilkan duka seorang anak yang kehilangan orang tua, tetapi juga potret perjuangan seorang perantau yang mengorbankan segalanya demi keluarga.
Kini, berkat uluran tangan para donatur, ia akhirnya bisa memberikan tempat peristirahatan yang layak untuk sang ibu, sembari menata kembali hidupnya yang kini harus ia jalani seorang diri di negeri orang.