Sosok Syafiq Riza Hasan Basalamah, Cara Salaman dengan Santri Beda dari Yang Lain

Yohanes Endra Suara.Com
Jum'at, 17 Oktober 2025 | 07:51 WIB
Sosok Syafiq Riza Hasan Basalamah, Cara Salaman dengan Santri Beda dari Yang Lain
Sosok Syafiq Riza Hasan Basalamah, Cara Salaman dengan Santri Disorot (instagram)

Suara.com - Ustaz Syafiq Riza Hasan Basalamah menarik perhatian publik setelah video dirinya bersalaman dengan santri tanpa cium tangan atau menunduk beredar luas di media sosial.

Dalam video yang dibagikan akun Instagram @dwihartantikusuma, Syafiq terlihat menyapa para santri yang menyambutnya dengan jabatan tangan biasa,.

Tidak ada gerakan menunduk atau jongkok seperti tradisi di banyak pesantren.

Tindakan sederhana itu langsung memicu perbincangan karena dianggap menunjukkan cara menghormati guru tanpa harus melakukan simbol fisik yang berlebihan.

Video tersebut muncul di tengah perdebatan tentang praktik santri mencium tangan kiai yang ramai setelah tayangan Xpose Uncensored di Trans7.

Program itu menampilkan adegan santri yang mencium tangan hingga jongkok di hadapan guru.

Bagi sebagian orang, perilaku tersebut tampak seperti bentuk feodalisme dalam dunia pendidikan Islam.

Namun, bagi santri dan kiai tradisional, hal tersebut merupakan wujud adab dan penghormatan kepada guru.

Sikap Syafiq Riza Hasan Basalamah kemudian dipandang sebagai alternatif baru dalam memahami makna adab.

Baca Juga: Program Xpose Uncensored Resmi Disetop, DPR Minta Komdigi-KPI Audit Total Hak Siar Trans7

Ustaz Syafiq memang dikenal sebagai pendakwah Salafi yang mengedepankan kesederhanaan dan kemurnian ajaran Islam berdasarkan dalil tanpa tambahan budaya yang dianggap tidak berdasar syariat.

Dia lahir di Jember, Jawa Timur, pada 15 Desember 1977 dan dikenal luas sebagai ustaz, dosen, serta penulis yang aktif berdakwah di berbagai platform.

Syafiq sering muncul di Rodja TV dan Radio Rodja, serta menjadi rujukan bagi umat yang mencari pemahaman Islam secara tekstual dan rasional.

Dia menempuh pendidikan di Pesantren Al-Irsyad Al-Islamiyyah Bondowoso, lalu melanjutkan ke LIPIA Jakarta, dan kemudian ke Universitas Islam Madinah hingga meraih gelar doktor cumlaude.

Disertasinya yang berjudul Peran Lembaga dan Organisasi Islam dalam Membendung Kristenisasi di Indonesia menunjukkan kepeduliannya terhadap tantangan dakwah di tanah air.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI