-
Seorang ibu pekerja dapur di Takalar meluapkan amarahnya karena diduga mengalami pemotongan gaji sepihak.
-
Aksi protes emosionalnya terekam dalam video dan menarik perhatian publik di media sosial.
-
Insiden ini memicu sorotan terhadap nasib dan keadilan bagi para pekerja dapur yang sering diabaikan.
Suara.com - Suasana di salah satu sudut gedung SPPG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi di Takalar yang semula tenang, tiba-tiba pecah oleh suara teriakan seorang wanita.
Ia, seorang ibu yang sehari-hari bekerja di dapur, berdiri di tengah ruangan dengan napas yang memburu dan suara bergetar menahan amarah.
Ini bukan sekadar teriakan biasa, ini adalah luapan emosi yang telah lama terpendam, sebuah puncak dari rasa lelah dan ketidakadilan yang tak tertahankan lagi.
Wanita berkerudung dengan pakaian sederhana itu berjalan mondar-mandir. Tangannya bergerak liar, menunjuk ke segala arah seolah ingin semua orang di ruangan itu merasakan gejolak di dalam dadanya.
Beberapa rekan kerjanya yang lain hanya bisa terduduk diam di lantai dan di sofa, sebagian menatap dengan cemas, sementara yang lain mengeluarkan ponsel untuk merekam momen dramatis yang terjadi di depan mata mereka.
Di antara teriakan yang menggema, terdengar keluhan yang menyayat hati tentang dedikasi yang seolah tak dihargai.
"Kerja kepanasan, tidak tidur!" pekiknya, sebuah kalimat singkat yang merangkum jam kerja panjang dan pengorbanan fisik yang telah ia berikan.
Setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah representasi dari perjuangan para pekerja dapur yang seringkali tak terlihat.
Mereka adalah tulang punggung yang memastikan anak sekolah bisa makan MBG atau makan bergizi gratis tepat waktu, namun ironisnya, hak mereka sendiri diduga terabaikan.
Baca Juga: Sosok Sarah Wanda Nainggolan yang Viral Gegara Karangan Bunga Pelakor Dokter Gatal,
Video ini menangkap momen langka ketika seorang pekerja yang biasanya berada di balik layar, kini melangkah ke panggung utama untuk menyuarakan protesnya.
Amarahnya diduga dipicu oleh pemotongan gaji yang dilakukan secara sepihak, sebuah pukulan telak di tengah biaya hidup yang terus merangkak naik.
Sementara ia terus meluapkan emosinya, rekan-rekannya yang lain menjadi penonton bisu. Ada yang menunduk, mungkin merasakan hal yang sama tetapi tak punya keberanian untuk bersuara.
Ada pula yang merekam, menyadari bahwa di era digital, sebuah rekaman video bisa menjadi senjata yang lebih kuat daripada protes di dalam ruangan tertutup.
![Menu MBG dari SPPG Wirobrajan yang dibagikan ke SMAN 1 Yogyakarta, Kamis (16/10/2025). [Kontributor/Putu]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/10/16/63964-menu-mbg.jpg)
Mereka tahu, rekaman ini bisa menjadi bukti, menyebar luas, dan mungkin, membawa perubahan yang mereka harapkan.
Keberanian satu orang ibu ini telah menyulut api kecil, mewakili suara-suara lain yang selama ini hanya bisa berbisik di sudut-sudut dapur.