Suara.com - Selama ini, biasanya orangtua akan menghukum anak ketika mereka dianggap nakal atau melakukan kesalahan. Hukuman yang diberikan bisa saja berupa fisik maupun verbal yang bisa melukai mental mereka.
Padahal, orangtua harus ingat bahwa hukuman, terutama fisik, sangat jauh berbeda dari disiplin.
Mendisiplinkan anak berarti mengajarkan bagaimana mereka menjadi lebih baik karena anak-anak masih belajar dan tumbuh. Sedangkan hukuman mengajarkan anak-anak jika mereka melanggar peraturan mereka akan menderita konsekuensi negatif.
Sayangnya, hukuman hanya efektif untuk mencegah perilaku yang tidak pantas sejauh itu menimbulkan rasa takut pada anak-anak.
Hukuman juga biasanya membuat anak-anak tidak perlu memahami mengapa perilaku mereka salah, atau bagaimana perilaku mereka berdampak negatif pada orang lain, melansir Kidsdevelopment.org.
Seperti beberapa kisah 'paling tidak biasa' yang diceritakan oleh orang-orang yang pernah mengalami hukuman dari orangtua mereka di bawah ini yang dilansir dari Nextshark.com.

Aamina (17)
“Ketika aku berusia sekitar 6 atau 7 tahun, seorang gadis mengomel kepadaku dengan mengatakan aku telah menghina saudara perempuanku dengan kata-kata kutukan. Aku tidak melakukannya, tetapi ibuku percaya pada gadis itu. Jadi dia memberi aku bubuk cabai. Tapi aku masih hidup.”
Meltem (16)
Baca Juga: 3 Hukuman Jika Berhubungan Seks saat Puasa
"Ini tidak terjadi padaku, tetapi ini terjadi pada adikku. Adikku secara tidak sengaja memecahkan dua telur yang baru saja dibeli ibuku dan (sebagai hukuman) ibu membuat adikku memakan telur itu mentah-mentah."
Tan (29)
"Aku memakan coklat tanpa izin mereka (orangtua). Ketika mereka tahu, mereka mengambil 5 kotak coklat dan memintaku untuk menghabiskan semuanya sekaligus sampai aku muntah."
Emily (15)
"Aku dulu harus duduk di luar rumah saat hujan tapi itu rasanya seperti satu jam karena aku lupa bagaimana caranya menulis kapital dari huruf 'R', aku benar-benar lupa saat itu dan aku tidak bisa mengingatnya, jadi aku harus duduk di luar rumah sampai aku ingat yang mana memakan waktu lama (untuk ingat)."
Steven (23)
"Orangtuaku benar-benar meninggalkanku di pinggir jalan ketika aku berusia 13 tahun karena mematahkan PSP temanku. Aku ingat aku harus berjalan sekitar 24 kilometer ke rumah."
Dari kisah di atas kita tahu bahwa hukuman seperti di atas akan tetap membekas di memori mereka hingga dewasa. Bahkan bisa menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan mereka.
Sebuah studi tahun 1998 oleh Murray A. Straus dan Mallie J. Paschall, berjudul "Corporal Punishment by Mothers and Child's Cognitive Development", mengungkapkan bahwa anak-anak yang mengalami kekerasan fisik kurang mampu mengikuti tingkat perkembangan kognitif yang diharapkan untuk usia mereka.
Bahkan dampaknya bisa sampai menurunkan IQ mereka, catat Psychology Today.