"Kemoterapi telah menghancurkan kehidupanku. Itu adalah pekerjaan keras hanya untuk bagun pagi dan semua pengobatan ini merusak sistem kekebalan tubuhku hingga kehabisan tenaga," ujarnya.
Kondisinya yang lemah, membuat hati Sima merasa semakin sedih melihat suaminya harus bertukar posisi menemani dan merawat anaknya, Mathilda semalaman.
Kini, kondisi Sima sudah berangsur pulih dan ia ingin sekali banyak orang tahu soal dampak kanker usus di usia bawah 40 tahun.
Di sisi lain, Sima juga masih berusaha menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tidak bisa merasakan kehamilan atau memiliki anak lagi setelah tindakan operasi kankernya.