Penelitian UI Ungkap Cara Cegah Kematian karena Serangan Jantung

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 10 November 2020 | 15:18 WIB
Penelitian UI Ungkap Cara Cegah Kematian karena Serangan Jantung
Ilustrasi dada berdebar, serangan jantung. (Shutterstock)

Suara.com - Sebuah terobosan baru dilakukan oleh dokter-dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia untuk mengurangi risiko kematian karena serangan jantung.

Metode bernama CODE STEMI tersebut dikatakan mampu mampu menurunkan angka kejadian efek samping kardiovaskular dan tingkat kematian pada pasien dengan serangan jantung.

Dalam siaran pers yang diterima Suara.com, STEMI (ST elevation myocardial infarction) merupakan salah satu jenis serangan jantung berupa penyumbatan pembuluh darah arteri koroner secara total sehingga otot-otot jantung tidak mendapat suplai oksigen.

Pasien-pasien dengan gejala STEMI harus segera mendapatkan pertolongan agar kerusakan jantung lebih lanjut dapat dicegah.

Sementara itu CODE STEMI adalah sebuah sistem terintegrasi yang dibuat untuk membantu interdisiplin kesehatan dalam penanganan pasien serangan jantung tipe STEMI.

Subjek penelitian adalah seluruh pasien serangan jantung tipe STEMI yang datang ke RSCM antara bulan Januari 2015 dan Desember 2018.

Pasien dengan komorbiditas berat saat awal kedatangan seperti stroke akut, sepsis, penyakit autoimun, keganasan, sirosis hepar dan rekam medis yang tidak lengkap tidak diikusertakan dalam penelitian. Total ada 207 pasien yang dianalisis dalam penelitian ini.

Pasien-pasien ini diklasifikasikan menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 72 pasien STEMI yang datang ke RSCM tahun 2015-2016 dan belum mendapat penanganan berdasarkan CODE STEMI (kelompok pre-CODE STEMI).

Sementara itu, kelompok kedua terdiri dari 135 pasien STEMI yang datang ke RSCM tahun 2017-2018 dan ditangani berdasarkan CODE STEMI (kelompok CODE STEMI).

Baca Juga: Kerap Rapat Virtual Hingga Malam? Waspadai Sejumlah Penyakit Ini

Dilihat dari sisi karakteristik demografisnya, tidak ada perbedaan jauh di antara kedua kelompok pasien ini.

Rata-rata pasien yang datang berusia 57 tahun dan sebanyak 86-87 persen pasien berjenis kelamin laki-laki. Dibandingkan dengan penelitian lainnya, rata-rata usia pasien penelitian ini lebih muda 10 tahun.

Pasien-pasien tersebut memiliki faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular yang hampir sama seperti hipertensi, diabetes melitus, obesitas, dislipidemia, dan penyakit ginjal akut atau kronik.

Perbedaan antara kedua kelompok terlihat dari rata-rata waktu yang dibutuhkan mulai dari pasien datang ke rumah sakit hingga tindakan kateterisasi (door to balloon time). Pada kelompok pre-CODE STEMI, rata-rata waktu yang dibutuhkan adalah 288 menit.

Sementara, kelompok CODE STEMI hanya membutuhkan waktu 158 menit atau lebih cepat 130 menit (45 persen) dibandingkan kelompok pre-CODE STEMI.

Waktu penanganan yang lebih cepat berdampak pada penurunan angka kejadian efek samping kardiovaskular dan tingkat kematian. Angka kejadian efek samping kardiovaskular pada kelompok CODE STEMI (38,78 persen) menurun sebesar 10,83 persen dibandingkan kelompok pre-CODE STEMI (48,61 persen).

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI