Poin ketiga yang juga harus dijadikan pertimbangan ialah angka cakupan vaksinasi. Artinya ialah jumlah penduduk yang mau untuk menerima vaksin ini. Dicky mengatakan, bahwa secara ideal untuk mencapai keberhasilan herd immunity angka cakupan vaksinasi harus lebih dari 90 persen.
Menurutnya, saat ini di masyarakat sendiri masih cukup banyak masyarakat yang ragu untuk menerima vaksinasi Covid-19. Terlebih, lanjut Dicky, pemerintah seringkali hanya menampilkan, data bahwa banyak yang ingin menerima vaksin.
"Tapi data lain seperti dari Danareksa, atau LawanCovid-19 ternyata hanya menunjukkan cuma 50 persen," kata Dicky.
Menurutnya, jika pemerintah tidak menyampaikan data yang sebenarnya, hal itu bisa memperkecil peluang keberhasilan. Karena kenyataan di lapangan berbicara sebaliknya.
"Jangankan di populasi umum, di tenaga kesehatan saja masih ada pro dan kontranya," kata dia.
Dicky menjelaskan, bahwa dalam masalah cakupan ada isu kepercayaan, dan strategi komunikasi risiko pemerintah. Sayangnya, menurut Dicky keduanya masih sangat minim.
Realistiskah vaksinasi selesai satu tahun?
"Bagaimana kemudian setelah paham tiga komponen itu, jangankan satu tahun, tiga tahun juga belum tentu," kata Dicky.
Menurutnya ada tiga hal yang menjadi tantangan, yakni masih belum adanya hasil efikasi dari lembaga terkait, angka reproduksi penyakit yang masih tinggi, dan juga masih rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap vaksin.
Baca Juga: Presiden Jokowi: Jangan Ada yang Menghambat Investasi
Padahal, tiga aspek di atas masih belum memasukkan hitungan mengenai jumlah sumber daya yang akan melakukan vaksinasi, distribusi vaksin, dan juga jumlah ketersediaan vaksin.