DBD Masih Jadi Ancaman, Ini Alasan Anak Perlu Belajar Cara Pencegahan Sejak Dini

Vania Rossa Suara.Com
Jum'at, 22 Agustus 2025 | 15:49 WIB
DBD Masih Jadi Ancaman, Ini Alasan Anak Perlu Belajar Cara Pencegahan Sejak Dini
Ilustrasi DBD (Pixabay/wikiImages)

Suara.com - Demam Berdarah Dengue (DBD) masih jadi salah satu ancaman kesehatan serius di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan RI mencatat, hingga pertengahan 2025 saja sudah ada lebih dari 67.000 kasus DBD, dengan ribuan di antaranya menyerang anak-anak usia sekolah dasar.

Yang lebih memprihatinkan, kelompok usia 5–14 tahun justru menjadi yang paling rentan mengalami kasus berat hingga berujung fatal.

Tapi kabar baiknya, anak-anak ternyata bisa belajar melindungi diri mereka sendiri sejak dini. Melalui kampanye “Merdeka dari DBD”, brand HIT dari Godrej Consumer Products Indonesia (GCPI) mengajak siswa SD memahami cara mencegah DBD dengan cara yang seru dan interaktif.

Belajar dari Pahlawan Super HITO

Dalam kegiatan ini, anak-anak ditemani sosok Super HITO, pahlawan pembasmi nyamuk, untuk belajar hal-hal penting seperti:

  • Siklus hidup nyamuk: mulai dari telur, jentik, hingga dewasa.
  • Habitat nyamuk: mengenali tempat-tempat rawan genangan air.
  • Langkah pencegahan: melakukan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang barang bekas) serta menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.

Pembelajaran yang diberikan tak sekadar teori, tapi juga lewat mural dan aktivitas kreatif, sehingga anak-anak bisa mengingatnya dengan lebih mudah dan fun.

Langkah Pencegahan DBD secara Interaktif melalui Mural. (Suara.com/Clarencia)
Langkah Pencegahan DBD secara Interaktif melalui Mural. (Suara.com/Clarencia)

Anak Jadi Agen Perubahan

Supaya pesan tidak berhenti di sekolah, GCPI menunjuk beberapa siswa sebagai Sahabat Super HITO. Mereka bertugas menyebarkan pengetahuan tentang pencegahan DBD kepada keluarga dan teman-teman di rumah. Dengan begitu, kebiasaan hidup bersih dan peduli lingkungan bisa menular ke lebih banyak orang.

Hingga sekarang, lebih dari 20.000 siswa sudah terlibat, dan targetnya mencapai 50.000 anak SD di seluruh Indonesia pada 2027. Artinya, semakin banyak anak-anak yang bisa jadi “pahlawan kecil” melindungi lingkungannya dari nyamuk.

Baca Juga: Tasya Kamila Ungkap Fakta Mengejutkan Soal DBD yang Sering Diabaikan Orang Tua, Apa Saja?

Pentingnya Waktu 72 Jam

Selain pencegahan, edukasi ini juga menekankan pentingnya deteksi dini DBD. Banyak orang tua salah kaprah dengan buru-buru melakukan pemeriksaan laboratorium saat anak baru mulai demam.

Padahal, menurut dr. Miza Afrizal, fase kritis DBD biasanya muncul setelah 72 jam sejak demam pertama. Kalau pemeriksaan dilakukan terlalu cepat, hasilnya bisa tampak normal dan menimbulkan rasa aman palsu.

Pesannya jelas: waktu bisa menyelamatkan nyawa. Anak-anak dan orang tua perlu tahu bahwa pengawasan saat 3 hari pertama demam adalah hal yang sangat penting.

Merdeka dari Ancaman DBD

Bagi GCPI, kampanye ini bukan sekadar edukasi kesehatan, tapi juga bentuk perjuangan baru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?