Fiersa Besari Berhenti Merokok Karena Sakit, Bagaimana Cara yang Benar?

Jum'at, 26 Maret 2021 | 08:20 WIB
Fiersa Besari Berhenti Merokok Karena Sakit, Bagaimana Cara yang Benar?
Fiersa Besari [Instagram/@fiersabesari]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dampak negatif dari merokok mungkin telah diketahui oleh banyak orang, bahkan oleh perokok aktif itu sendiri. Tetapi, adiktif yang disebabkan kandungan nikotin dalam rokok jadi salah satu penyebab seseorang kesulitan berhenti merokok.

Kondisi kesehatan yang memburuk seringkali memaksa seseorang akhirnya berhenti merokok. Kondisi itu pula yang dialami musisi Fiersa Besari. Mulai merokok sejak sekitar tahun 1997, Fiersa mengaku mulai berhenti pada 2015, setelah didoagnosa sakit bronkitis kronis.

Akibat sakit tersebut, publik figur yang dikenal gemar mendaki gunung itu sempat terancam tak bisa lagi bernyanyi jika tidak berhenti merokok.

"Zaman waktu kena bronkitis kronis, dan diultimatum harus berhenti merokok, atau risikonya saya enggak akan bisa lagi melakukan hal yang saya suka: mendaki dan nyanyi," cerita Fiersa dikutip dari statusnya di Instagram, Kamis (25/3/2021).

Fiersa mengatakan, sakitnya itu yang jadi penyebab dirinya berhenti merokok hingga sekarang. Ketika harus dirawat akibat bronkitis kronis, penulis buku Garis Waktu itu baru menyadari bahwa sakit mahal.

"Sakit parah sampai di titik susah napas, terus pas ke rumah sakit lihat tagihannya ternyata mahal wkwk. Oh, ternyata sakit tuh mahal, ya. Mana waktu itu di tabungan saya cuma ada 600 ribu rupiah. Kalau enggak sakit juga kayaknya saya masih lanjut ngerokok," kata Fiersa menjawab pertanyaannya dari pengikutnya di Instagram.

Selain tak ingin mengulangnya sakitnya, keberadaan anak kini juga menjadi motivasi Fiersa Besari untuk tidak mau kembali merokok.

"Sejauh ini enggak ada (kembali merokok). Apalagi sejak sudah punya anak. Enggak tega kalau gendong Neng Kinasih dengan baju bau rokok," ucapnya.

Rokok merupakan bentuk penggunaan tembakau yang paling umum dikonsumsi di seluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengategorikan kecanduan tembakau sebagai epidemi karena termasuk salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar yang pernah dihadapi dunia.

Baca Juga: Fiersa Besari Rilis Lagu untuk Kinasih, Berjudul 'Judulnya Adalah Namamu'

WHO mencatat rokok telah menewaskan lebih dari 8 juta orang setiap tahun di seluruh dunia. Lebih dari 7 juta kematian tersebut disebabkan oleh penggunaan tembakau langsung, sementara sekitar 1,2 juta disebabkan oleh non-perokok yang terpapar asap rokok orang lain. Semua bentuk tembakau berbahaya, dan tidak ada tingkat paparan tembakau yang aman, tegas WHO seperti dikutip dari situs resminya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI