Karena, orang-orang tertentu terbukti lebih berisiko tertular virus setelah divaksinasi. Orang dengan gaya hidup tidak sehat dan indeks massa tubuh (BMI) tinggi lebih berisiko terinfeksi kembali setelah vaksinasi.
"Lansia dengan kondisi kesehatan yang sudah menurun juga lebih mungkin terinfeksi setelah suntik vaksin, apalagi lansia yang tinggal di panti jompo," jelasnya.
Menurut analisis peneliti, orang berusia 60 tahun ke atas yang telah vaksinasi cenderung tidak mengembangkan gejala virus corona yang berkepanjangan dibandingkan mereka yang belum vaksinasi.
Kondisi kesehatan mendasar, termasuk asma, kanker, diabetes dan penyakit paru-paru atau jantung tidak meningkatkan kemungkinan terinfeksi kembali setelah vaksinasi dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksinasi. Tapi, ada sedikit peningkatan risiko bagi orang yang berusia di atas 60 tahun dengan penyakit ginjal.
"Ada kemungkinan bahwa orang dengan kondisi ini masih terlindungi sampai batas waktu tertentu, baik divaksinasi atau tidak," jelas peneliti.
Sejauh ini, memang tidak ada vaksin yang 100 persen efektif melawan virus corona dan penelitian menunjukkan beberapa orang kurang terlindungi oleh suntikan vaksin dibandingkan yang lain.
Dr Claire Steves dari King's College London, penulis utama studi mengatakan, sangat menyenangkan melihat bukti bahwa orang yang divaksinasi mengalami gejala yang lebih ringan, lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit dan risiko kecil mengembangkan gejala Covid-19 yang lama.
"Pekerjaan kami menunjukkan masih ada kelompok yang harus dilindungi, terutama lansia yang lemah dan orang-orang yang tinggal di daerah tertinggal. Kelompok-kelompok ini mungkin perlu diprioritaskan untuk vaksinasi kedua dan vaksin penguat," katanya.
Baca Juga: Cegah Varian Virus Corona Bermunculan, Pakar Sarankan Tunda Liburan!