Suara.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan telah menyatakan akan menggunakan vaksin Moderna asal Amerika Serikat sebagai dosis ketiga bagi tenaga kesehatan.
"Mengenai program ini, vaksin ketiga kepada tenaga kesehatan akan diberikan menggunakan Vaksin Moderna," ujar Menkes dalam konferensi pers dipantau via daring di Jakarta, Jumat (10/7/2021).
Artinya, tenaga kesehatan di Indonesia akan menerima vaksin Covid-19 dengan merek dan platform yang berbeda. Seperti diketahui, mayoritas tenaga kesehatan di Indonesia sebelumnya meneriman vaksin Covid-19 Sinovac.
Singkatnya, pemberian vaksin Moderna nanti akan mencampur vaksin Covid-19 Sinovac yang telah diberikan sebelumnya. Lantas bagaimana dari sisi aspek keamanannya?
![Vaksin Sinovac yang bernama CoronaVac digunakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada 21 Juni 2021. [AFP/Mohd Rasfan]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/07/01/26381-vaksin-sinovac.jpg)
Ia menyampaikan bahwa penggunaan Vaksin Moderna itu sudah melalui diskusi dengan Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai penasihat independen.
Untuk menegaskan hal itu, Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 Universitas Padjadjaran, Kusnandi Rusmil mengatakan bahwa pemberian vaksin dosis ketiga itu cukup aman.
"Tidak masalah karena kita sudah mempunyai reseptornya, untuk virus covid-19," ujar Kusnandi saat dihubungi Suara.com, Selasa, (13/7/2021).
Ia menjelaskan, bahwa pemesanan Sinovac sebelumnya, didasarkan karena masyarakat Indonesia telah terbiasa untuk menerima vaksin dengan platform inactivated virus atau virus yang dimatikan.
Selain itu, dari segi penyimpanan, vaksin Sinovac juga relatif lebih mudah dibandingkan dengan vaksin AstraZeneca dan Moderna.
Baca Juga: FDA Laporkan Vaksin Johnson & Johnson Picu Sindrom Guillain-Barre, Apa itu?
Sementara itu, dilansir dari Bloomberg, ahli imunologi di Fakultas Kedokteran Universitas Colorado Anschutz, Ross Kedl, juga punya pendapat serupa dengan Kusnandi.
“Pencampuran platform vaksin — metode yang dikenal sebagai dorongan utama heterolog — memiliki sejarah panjang dalam imunologi sebagai jauh lebih unggul daripada beberapa dosis vaksin yang sama,” kata Ross Kedl.
Singkatnya, berbagai jenis vaksin meningkatkan sistem kekebalan dengan cara yang berbeda, sehingga beberapa vaksin memberikan cakupan yang lebih luas.

Penelitian awal menunjukkan bahwa pendekatan semacam itu mungkin merupakan strategi yang efektif dengan Covid-19.
Sebuah penelitian terhadap hampir 700 orang di Spanyol menunjukkan bahwa orang yang mendapat dosis kedua vaksin Pfizer setelah dosis pertama dari AstraZeneca menunjukkan antibodi penawar mereka naik tujuh kali lipat—respon imun yang jauh lebih kuat daripada mereka yang mendapat dua dosis Astra.
Percobaan kecil lainnya menunjukkan bahwa pencampuran kedua vaksin memicu respons antibodi sekitar empat kali lebih tinggi daripada hanya dua dosis suntikan Pfizer.