Suara.com - Dinas kesehatan DKI Jakarta mulai memberi suntikan vaksin Covid-19 untuk pasien autoimun menggunakan vaksin merek Moderna, pada Jumat (20/8/2021).
Moderna adalah salah satu merek vaksin Covid-19, yang menggunakan teknologi mRNA atau messenger ribonucleic acid, serupa seperti vaksin Pfizer-BioNTech.
Lantas, timbul pertanyaan apakah orang dengan autoimun hanya bisa menerima vaksin dengan teknologi mRNA seperti Moderna?
Menjawab hal ini, Ketua Pengurus Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia, Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD, K-AI menilai vaksin dengan platform mRNA seperti Moderna, jadi salah satu pilihan untuk orang dengan autoimun, bahkan dengan kondisi autoimun berat.
![Vaksin Moderna. [Nhac Nguyen/AFP]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/08/02/48830-vaksin-moderna.jpg)
"Kalau autoimun berat kita anjurkan untuk pakai mRNA, karena vaksin ini (pembuatannya) tidak memakai virus atau adjuvant aluminium hidroksida," ujar Prof. Iris saat dihubungi Suara.com, Jumat (20/8/2021).
Adjuvant aluminium hidroksida atau AI(OH)3 adalah sejenis mineral alami, yang masuk dalam golongan obat antasida atau untuk mengatasi dan menetralisir gejala kenaikan asam lambung.
AI(OH)3 ini, kata Profesor Iris, terkandung dalam vaksin buatan Tiongkok, yakni Sinovac dan Sinopharm. Namun untuk pasien autoimun berat kandungan ini tidak disarankan, terlebih jika ia memiliki riwayat hipersensitivitas atau anafilaksis.
"Jadi adjuvant ini bisa menyebabkan secara acne (jerawat) autoimun, tapi kalau autoimun ringan yang terkontrol itu, tidak terlalu fatal," tutur Prof. Iris.
Adapun tolok ukur orang dengan autoimun terkontrol, ditandai dengan sudah tidak mengonsumsi imunosupresan, sejenis obat yang bisa menekan atau menurunkan sistem kekebalan tubuh.
Baca Juga: 4.000 Dosis Vaksin Sinopharm Tiba di Kualanamu, Dikawal Brimob Polda Sumut
"Percuma kalau masih minum obat imunosupresan, karena sistem kekebalan tubuh yang dirangsang dari vaksin malah tidak bisa terbentuk," tutur Prof. Iris.