Suara.com - Pelaksanaan pembelajaran tatap muka alias PTM Terbatas perlu mengedepankan perlindungan bagi anak, bukan hanya dari ancaman virus Corona, tapi juga masalah kesehatan mental.
Menurut psikolog anak Seto Mulyadi, kondisi psikologis anak sangat penting untuk dijaga, mengingat tidak semuanya siap melaksanakan PTM.
"Semua pihak harus melindungi psikologis anak baik saat mengikuti PTM terbatas ataupun pembelajaran jarak jauh (PJJ), kata dia dalam dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) – KPCPEN, dilansir ANTARA.
Selain itu, menurut Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia ini, perlu adanya edukasi bagi orang tua, pembelajaran sebaiknya ditekankan pada yang bermakna bagi anak.
![Sejumlah siswa mulai melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) hari kedua di SDN 03 Duri Kepa, Kebon Jeruk , Jakarta Barat, Rabu (1/9/2021). [ANTARA/Walda Marison]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/09/10/61721-ptm-di-jakarta.jpg)
"Jangan menekankan pada penuntasan kurikulum, karena ini adalah kurikulum darurat selama PJJ,” ujar pria yang akrab disapa Kak Seto.
Ia mengatakan bahwa belajar merupakan hak setiap anak, bukan kewajiban mereka. Peran orang tua sangat penting untuk terus mendorong semangat belajar anak, bukan menambah tekanan untuk mereka.
Menurutnya, belajar efektif adalah belajar dalam suasana menyenangkan. Jika anak stres maka hasilnya akan kontraproduktif.
"Sebanyak 13 persen anak Indonesia mengalami depresi karena tekanan orang tua selama harus belajar di rumah,” papar Kak Seto.
Kak Seto juga mengatakan bahwa semua anak pada dasarnya suka belajar dan cerdas. Oleh karena itu, orang tua harus kreatif dalam membimbing belajar anak di rumah.
Baca Juga: PTM Tahap 2, 226 Sekolah di Jakarta Barat Ajukan Asesmen
Direktur Sekolah Dasar Kemdikbud Sri Wahyuningsih mengatakan secara nasional sekitar 39 persen dari 270 ribu satuan pendidikan telah melaksanakan PTM terbatas untuk seluruh jenjang.