Suara.com - Seorang wanita yang berada pada fase post-menopause mengklaim dirinya mengalami pendarahan vagina setelah suntikan pertama vaksin Covid-19. Wanita bernama Jacqueline Goldsworthy, 57, sempat menjalani tes medis setelah suntikan pertama vaksin AstraZeneca.
Petugas medis pun khawatir pendarahan vagina yang dialami oleh Jacqueline mungkin merupakan tanda kanker atau penyakit lain.
Goldsworthy, yang tidak mengalami menstruasi dalam dua dekade, percaya bahwa suntikan vaksin Covid-19 yang telah memicu pendarah vagina pada perempuan tersebut.
Tapi, dokter NHS mengatakan suntikan vaksin Covid-19 tidak bisa disalahkan sebagai penyebab pendarahan vagina. Meskipun, lebih dari 35 ribu wanita di Inggris melaporkan perubahan periode menstruasi setelah suntik vaksin Covid-19.
Menurut para dokter, belum ada cukup bukti untuk menghubungkan suntikan vaksin Covid-19 dengan siklus menstruasi yang tidak teratur.

Sebuah data resmi menunjukkan ada 366 laporan perdarahan pascamenopause atau perdarahan vagina setelah menopause pada wanita yang pernah suntik vaksin AstraZeneca, Pfizer atau Moderna.
Tapi, adanya data itu bukan berarti vaksin Covid-19 telah menyebabkan kondisi tersebut. Efeknya suntik vaksin Covid-19 pada pendarahan vagina mungkin hanya kebetulan.
Goldsworthy mengatakan dirinya hanya mengalami pendarahan vagina setelah dosis pertama vaksin Covid-19 AstraZeneca, bukan dosis kedua.
"Saya sudah berusia 57 tahun, menggunakan patch HRT dan sudah tidak mengalami pendarahan vagina dalam 20 tahun. Tapi setelah saya suntik vaksin Covid-19, saya mengalami pendarahan pasca-menopause," kata Jacqueline Goldsworthy dikutip dari The Sun.
Baca Juga: Tak Selalu Lebih Berbahaya, Ternyata Ini 3 Efek yang Terjadi Jika Virus Corona Bermutasi
Goldsworthy mengaku telah menjalani HRT selama 7 tahun, tetapi ia tidak pernah mengalami pendarahan vagina serupa sebelum suntik vaksin Covid-19.